Sukses

BRI Targetkan 15 Juta Kartu Debit Migrasi ke Chip Tahun Ini

Sampai hari ini, migrasi kartu debit BRI sudah mencapai 5 persen atau sekitar 2,5 juta kartu debit nasabahnya.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI terus berupaya mempercepat migrasi kartu debit (ATM) dari menggunakan magnetik menjadi chip. Upaya ini bertujuan mengurangi dan bentuk kewaspadaan dari risiko kejahatan skimming yang sampai saat ini kerap terjadi.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, tahun ini ditargetkan akan ada 15 juta kartu debit yang akan dimigrasi dengan menggunakan chip.

"Jadi yang perlu dimigrasi itu kurang lebih 50 jutaan kartu. Untuk tahun ini kita akan selesaikan 30 persennya, atau sekitar 15 juta kartu," kata dia saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jumat (4/5/2018).

Sampai hari ini, migrasi tersebut sudah mencapai 5 persen atau sekitar 2,5 juta kartu debit nasabahnya. Target tersebut dipastikan terealisasi hingga akhir tahun.

Mengenai proses migrasi tersebut, Indra mengaku akan menyampaikan secara bertahap melalui pesan singkat melalui nomor telepon seluler (ponsel) yang terdaftar. Dengan demikian nasabah yang tidak menerima diminta untuk menunggu.

Dalam proses migrasi ini sendiri, BRI harus menyediakan kartu di beberapa kota yang menjadi target migrasi. Maka dari itu, prosesnya dilakukan secara bertahap.

"Jadi memang kendalanya, selain nasabah kita itu banyak juga mengenai ketersediaan kartu yang akan kita gunakan. Karena tidak banyak yang produksi dan tersertifikasi," tambahnya.

Tonton Video Ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Risiko Skimming ATM Lebih Banyak Menimpa Nasabah Bank BRI

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau Bank BRI mengungkapkan, kasus skimming ATM atau duplikasi kartu ATM tidak hanya terjadi di BRI, namun juga dialami beberapa bank lain. Hanya saja, kasus skimming ini memang lebih banyak dialami oleh nasabah pelat merah itu. 

“Nasabah kami sangat besar, 70 juta (nasabah) dengan ATM yang tersebar luas 25 ribu ATM. Kalau bicara skimming kami akan kena hit lebih besar karena ATM kami tersebar ke remote-remote (daerah terpencil) yang enggak terjangkau pengawasan ya,” kata Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto di Jakarta, Kamis (3/5/2018). 

Meski demikian, Suprajarto mengatakan, kasus ini sudah ditangani dengan cepat oleh Bank BRI bersama dengan kepolisan. Dengan begitu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BRI tetap terjaga dengan baik.

“Sehingga dengan cepatnya kami atasi hal itu. Reputasi kami enggak terlalu terganggu. Ini memberikan keyakinan ke masyarakat, BRI serius menangani masalah,” kata dia.

Sebelumnya, empat orang Warga Negara Asing (WNA) dan satu orang Warga Negara Indonesia (WNI) diringkus kepolisian atas kasus skimming yang terjadi di beberapa kota di Indonesia. Salah satu aksi mereka membobol uang nasabah BRI.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan, saat ini para pelaku masih dimintai keterangannya. Para pelaku diduga merupakan jaringan internasional.

"Jadi untuk empat warga negara asing masih dalam pemeriksaan. Dugaan mereka merupakan jaringan internasional ya," katanya di Mapolda Metro Jaya.

 

Reporter : Dwi Aditya Putra

Sumber : Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.