Sukses

Libur Akhir Tahun, Jumlah Pengunjung Mal Naik 5 Persen

Kenaikan jumlah pengunjung mal selama periode libur Natal dan Tahun Baru ini diperkirakan naik tipis 5 persen dibanding hari libur biasa.

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyatakan, jumlah pengunjung mal selama musim libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 diperkirakan bakal mengalami peningkatan sekitar 5 persen dibanding hari libur biasa. Jumlah kunjungan tidak naik signifikan karena banyak warga yang memilih berlibur ke luar kota.

"Peningkatan pengunjung mal sekitar 5 persen pada libur Natal dan Tahun Baru ini dibanding hari libur biasa," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) APPBI, A. Stefanus Ridwan melalui pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (25/12/2017).

Menurut Stefanus, kenaikan jumlah pengunjung mal selama Natal dan Tahun Baru ini tidak terlampau signifikan karena orang memilih berlibur ke luar kota maupun ke luar negeri. Termasuk warga Jakarta.

"Kenaikan tidak luar biasa sebab yang mudik atau liburan ke luar dan dalam negeri banyak sekali. Sementara yang datang dari luar Jakarta banyak (tapi tidak sebanyak yang ke luar kota," ucap Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk itu.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APPBI, Handaka Santosa pernah mengatakan, saat ini tren gaya hidup masyarakat atau pengunjung mal bergeser dari belanja barang-barang kepada makan dan minum atau kuliner.

"Makanya penjualan kuliner di mal ikut naik. Ini gaya hidup yang berubah, sekarang belanjanya entertainment, misalnya beli buku sambil ngopi di kafe. Sekarang mal bermetamorfosis seperti itu," dia menjelaskan.

CEO Sogo Department Store itu mengaku bahwa beberapa ritel atau tenant yang tutup telah mengurangi okupansi di pusat perbelanjaan, termasuk mal. Paling parah dirasakan oleh pusat perbelanjaan sekelas trade center, seperti Glodok, dan lainnya.

"Beberapa ritel ada yang tutup sehingga mengurangi prosentasi okupansi di pusat perbelanjaan. Okupansi trade center turunnya paling tinggi karena ritel bukan membawa brand tapi general trader, sedangkan di mal lebih membawa merek sehingga bisa survive dan lebih ramai," terang Handaka.

Di beberapa mal, kata dia, okupansi masih di atas 90 persen, bahkan mendekati 100 persen. "Tapi di beberapa trade center mendekati 50-60 persen. Makanya kita harus berbenah mengubah konsep toko yang memberikan pengalaman lebih kepada konsumen," tutup Handaka.

Tonton Video Pilihan Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengusaha Bantah Mal Sepi Pengunjung

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) membantah jika jumlah kunjungan masyarakat ke pusat belanja atau mal mengalami penurunan. Saat ini jumlah kunjungan mal masih normal, baik saat hari kerja maupun ketika akhir pekan.

Ketua APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, penutupan gerai seperti yang dilakukan oleh Matahari bukan berarti mal mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Menurut dia, bahkan banyak retail yang mengantre untuk masuk agar bisa berjualan di dalam mal.

"Matahari itu masalah B to B (business to business), tapi bukan berarti tutupnya gerai Matahari itu menjadi pertanda tidak baik. Di sisi lain banyak retailer baru yang mulai merambah ke mal, ada yang masuk daftar antrean," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (20/9/2017).

Ellen mengungkapkan, meski daya beli masyarakat tengah menurun, jumlah kunjungan ke mal masih normal. Sedangkan penurunan penjualan yang dialami oleh ritel tertentu tidak berlaku bagi ritel di kategori lain.

"Memang sudah sekian lama ini daya beli menurun, tapi traffic pusat belanja masih normal. Kalau ada tenant yang bilang penjualannya turun, dia kategorinya apa," kata dia.

Dia mencontohkan, saat ini ritel untuk kategori fesyen memang tengah mengalami penurunan penjualan. Namun ritel kategori lain seperti elektronik serta makanan dan minuman masih memiliki penjualan yang tinggi.

"Kalau misalnya dia kategori fesyen iya mungkin ada penurunan. Tapi ada juga yang penjualannya tetap bagus, seperti elektronik. Ponsel masih kencang (penjualannya)," jelas dia.

Selain itu, kata Ellen, sejauh ini belum ada laporan pusat belanja atau mal tutup akibat sepinya pengunjung. Hanya saja, pengelola mal mulai mengatur ulang komposisi tenant di dalam malnya agar lebih menarik bagi pengunjung.‎‎"Sejauh ini tidak ada pusat belanja atau mal di DKI yang tutup atau beralih fungsi. Tapi mereka mulai mengatur ulang tenantnya," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.