Sukses

Batu Akik Kerek Kinerja Ekspor RI

Ekspor non migas di periode tiga bulan pertama ini mencapai US$ 33,43 miliar atau merosot 8,23 persen (YoY)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Maret 2015 terjadi kenaikan 12,63 persen menjadi US$ 13,71 miliar dibanding realisasi Februari 2015. Peningkatan tersebut ditopang dari dua kelompok komoditas ekspor, termasuk perhiasan dan permata seperti batu akik.

Kepala BPS Suryamin, mengungkapkan, ekspor bulan ketiga sebesar US$ 13,71 miliar terdiri dari, ekspor migas naik 13,43 persen sebesar US$ 1,99 miliar dan non migas US$ 11,72 miliar atau membumbung 12,50 persen.

"Ada kenaikan ekspor di dua kelompok komoditas ekspor, yakni bahan bakar mineral 23,61 persen, lemak dan hewan nabati 9,8 persen, mesin perkakas 9,89 persen serta perhiasan dan permata 24,15 persen. Di dalam ekspor perhiasan dan permata, ada batu akik," ucap dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Dijelaskan Suryamin, nilai ekspor Maret 2015 dibandingkan periode yang sama 2014 terjadi penurunan 9,75 persen. Sementara ekspor sepanjang Januari-Maret tahun ini sebesar US$ 39,13 miliar atau turun 11,67 persen (YoY).

Ekspor non migas di periode tiga bulan pertama ini mencapai US$ 33,43 miliar atau merosot 8,23 persen (YoY). Yakni bahan bakar mineral US$ 4,60 miliar, serta lemak dan minyak hewan nabati US$ 4,57 miliar.

Pangsa pasar ekspor Indonesia terbesar, kata dia, ke Amerika Serikat (AS) senilai US$ 3,78 miliar atau 11,31 persen. Lalu ke Jepang senilai US$ 3,56 miliar atau 10,66 persen dan Tiongkok US$ 3,13 miliar atau 9,37 persen. Ekspor non migas ke Uni Eropa US$ 3,64 miliar atau 10,89 persen,"

"Ini menandakan bahwa ekonomi AS membaik sehingga permintaan ekspor ke Indonesia meningkat. Karena sudah lama tidak nomor satu," papar Suryamin.

Lebih lengkapnya, Suryamin menjelaskan, neraca perdagangan Maret surplus US$ 1,13 miliar dan surplus pada periode Januari-Maret ini mencapai US$ 2,43 miliar.

Surplus neraca perdagangan di bulan ketiga ini lebih rendah dibandingkan pencapaian lima tahun lalu, tepatnya di 2011 sebesar US$ 1,79 miliar. Sedangkan realisasi neraca perdagangan di 2012 terjadi surplus sebesar US$ 925,8 juta, senilai US$ 137 juta pada 2013 dan US$ 168 juta pada tahun lalu.

Lebih jauh katanya, surplus neraca perdagangan US$ 1,13 miliar, diterangkan Suryamin, karena migas masih mengalami defisit US$ 279,10 juta, minyak mentah defisit US$ 85,30 juta dan hasil minyak defisit US$ 1,05 miliar. Sementara kinerja ekspor impor gas tercatat surplus US$ 855,40 juta dan non migas surplus US$ 10,31 miliar.

"Ekspor agak tersendat karena harga komoditas penting dunia masih rendah, dan kinerja impor sedikit tertekan. Dari 25 komoditas yang diamati, cuma dua yang harganya naik," sambungnya.

Jika dilihat lebih rinci, ekspor Maret 2015 sebesar US$ 13,71 miliar naik 12,63 persen dibanding realisasi Februari 2015. Sementara dari pencapaian Maret 2014, kinerja ekspor bulan ketiga ini merosot 9,75 persen.

Nilai impor Maret tahun ini sebesar US$ 12,58 miliar atau naik 9,29 persen dari realisasi bulan kedua lalu. Namun mengalami penurunan 13,39 persen dibanding realisasi periode Maret 2015 sebesar US$ 14,52 miliar.  (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini