Sukses

Pria Lebih Banyak Menganggur Ketimbang Perempuan

Pemerintah diharapkan dapat mendorong aliran dana investasi masuk ke sektor industri padat karya untuk mengurangi tingkat pengangguran.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom dari Center Of Reform On Economics (CORE) Akhmad Akbar Susanto menyatakan, jumlah pengangguran Indonesia 7,3 juta jiwa pada 2014, mayoritas didominasi oleh usia produktif. Rata-rata pendidikan orang yang menganggur lulusan SLTA dan SLTP dan SD. Paling banyak penganggur adalah kaum Adam.

Akhmad mengungkapkan, angka 7,3 juta jiwa penganggur terbuka masih sangat besar meskipun terjadi penurunan dalam 10 tahun terakhir. Karena angka pengangguran tertinggi terjadi pada 2005 sebanyak 11,90 juta jiwa dan paling rendah 7,24 juta orang pengangguran di 2012.

"Pengangguran terbuka didominasi usia produktif  15 tahun sampai 20 tahunan. Meski porsinya berbeda, tapi  hampir di semua tingkat pendidikan terdapat penganggurannya seperti SD, SLTP, SLTA, dan lulusan Perguruan Tinggi. Jadi rendahnya suatu pendidikan tidak menjamin bahwa mereka tidak akan menganggur‎," tegas dia dalam diskusi bertajuk Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja di Era Kabinet Kerja di Jakarta, Selasa (3/3/2015)

Untuk jenis kelaminnya, Akhmad menyebut, jumlah pengangguran laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. "Perempuan bisa berlindung di bawah kata-kata 'saya ibu rumah tangga," jelasnya.

Dia berharap, pemerintah dapat mendorong aliran investasi masuk ke Indonesia, terutama penanaman modal di sektor industri padat karya. Salah satu caranya memberikan insentif fiskal bagi dunia usaha.

"Investasi yang lebih banyak bisa menyerap tingkat pengangguran. Tapi pemberian insentif juga harus hati-hati dan jangan bertentangan dengan upaya pemerintah misalnya untuk menggenjot rasio pajak dari 12 persen saat ini," tandas Akhmad.

Pada 2014, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengungkapkan pengangguran muda berusia 16-24 tahun kini telah berjumlah lebih dari 73 juta jiwa. Bahkan ILO menyebut para pemuda masa kini termasuk ke dalam generasi berisiko mengenai ketersediaan tenaga kerja. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.