Sukses

Ingin Angkat Rupiah, Ini yang Harus Benahi Jokowi

Nilai tukar rupiah tercatat anjlok dan bergerak mendekati level terendahnya dalam 17 tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tercatat anjlok dan bergerak mendekati level terendahnya dalam 17 tahun terakhir dengan menembus level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini.

Pengamat Ekonomi dari CORE Indonesia, Hendri Saparini mengungkapkan persoalan melemahnya rupiah ini masih dipicu oleh faktor eksternal dan internal Indonesia sendiri.

Untuk faktor eksternal pengaruh rencana Bank Sentral AS atau The Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya masih menjadi faktor utama melemahnya beberapa mata uang negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Sementara untuk faktor internal, defisit neraca transaksi berjalan masih menjadi faktor utama yang harus segera diselesaikan oleh Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Dikutip dari kajian CORE Indonesia, neraca transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit sejak tahun 2012. Berbagai jurus yang telah ditempuh oleh Pemerintah maupun BI masih belum dapat mengatasi masalah ini.

Surplus pada perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas dalam beberapa bulan terakhir pun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja transaksi berjalan.

Meskipun defisit pada sektor jasa dan sektor migas juga menjadi pendorong defisit neraca transaksi berjalan, sebenarnya penyumbang defisit terbesar adalah neraca pendapatan primer.

Pada tahun 2014 lalu, neraca pendapatan primer mengalami defisit hingga mencapai US$ 27 miliar, melebihi defisit pada transaksi berjalan secara keseluruhan yang mencapai US$ 26 miliar. Sayangnya, belum banyak usaha  yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja neraca pendapatan primer.

‎Penyumbang terbesar defisit pendapatan primer adalah besarnya pembayaran investasi, baik investasi langsung, investasi portofolio, maupun investasi lainnya.

Hendri menilai, angka inflasi Februari 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik pada hari ini, diperkirakan tidak akan berpengaruh banyak terhadap penguatan rupiah.

"Iya (tidak terlalu pengaruh), karena inflasi rendah itu sudah siklusnya, dan rupiah itu tidak tergantung satu sentimen saja," kata Hendri saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (2/3/2015).

‎Seperti diketahui, Data valuta asing Bloomberg, Senin (2/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiahmenembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

‎Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

‎Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS.‎ (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini