Sukses

Bangun Bandara Atas Air Pertama RI, Dahlan Tak Mau AP I Rugi

Setelah sempat tertunda akibat masalah perbedaan harga sewa lahan, proyek pengembangan Bandara Ahmad Yani, Semarang, segera terlaksana

Liputan6.com, Jakarta Setelah sempat tertunda akibat masalah perbedaan perhitungan sewa lahan, proyek pengembangan Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah segera terlaksana.

"Bandara Semarang sebentar lagi akan dikerjakan, karena presiden minta ini agar jalan terus," ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan usai menggelar Rapim di Kantor BRI, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).

Dahlan mengatakan, kendala yang membuat proyek pengembangan ini sempat tertunda karena rencana bisnis yang telah dibuat PT Angkasa Pura (AP) I termasuk soal perhitungan dana yang telah disiapkan meleset akibat ada lonjakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lahan.

"Berdasarkan business plan itu, AP sudah siapkan pendanaan melalui tender, desainnya juga sudah final, tapi kan tiba-tiba ada surat dari Kementerian Keuangan bahwa harga sewa tanahnya melonjak 4 kali lipat dari perhitungan semula. Makanya waktu itu AP berkesimpulan bahwa proyek ini tidak sesuai FS (feasibilities study)," jelas dia.

Namun karena arahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar proyek tersebut harus terus berjalan, maka pemerintah mencari jalan keluar terkait lahan ini.

"Tapi karena ini harus tetap jalan, maka akan kita rundingkan, dan harus disepakati oleh semua pihak," katanya.

Namun demikian, Dahlan berharap proyek pengembangan ini tidak membuat pihak AP I mengalami kerugian. Hal ini untuk menjaga agar perusahaan BUMN tersebut bisa tetap melakukan pengembangan dan pembangunan bandara lain sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

"Meski tidak perlu untung besar tapi AP tidak boleh rugi. Kalau membangunnya rugi, dia tidak akan punya kemampuan untuk membangun lagi. Dia kan sudah mengembangkan di Bali (Bandara Ngurah Rai), di Surabaya (Bandara Juanda) dan Di Balikpapan (Bandara Sepinggan), sekarang harus mengerjakan di Semarang dan di Jogja. Kalau dia lemah, maka tidak bisa bangun lagi. Karena beban keuangannya cukup berat dan itu kan non-APBN," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini