Sukses

Kisah Atlet Asian Para Games 2018: Perang Irak Membuka Lembaran Baru buat Ammar Hadi Ali

Atlet anggar Irak di Asian Para Games 2018, Ammar Hadi Ali, merupakan korban perang yang pernah berkecamuk di negaranya.

Jakarta Ammar Hadi Ali merupakan satu di antara atlet andalan Irak di Asian Para Games 2018. Namun ternyata, Ammar Hadi terjun ke dunia olahraga setelah menjadi korban perang Irak.

Baca Juga

  • Banjir Tangis Suporter Menyaksikan Perjuangan Atlet di Asian Para Games 2018
  • Asian Para Games 2018: 3 Pelari Indonesia Tak Menyangka Bisa Naik Podium Bareng
  • Sorak Sorai Penonton Bantu Ni Made Arianti Rebut Perak Asian Para Games

Peperangan tak pernah lepas dari Irak. Setelah sempat terlibat perang dengan Iran (1980-1988), perang Teluk I (1990-1991), invasi Amerika Serikat (2003), perang Teluk II juga berkecamuk di Irak dari 18 Maret 2003 sampai 15 Desember 2011.

Ratusan ribu korban jiwa dan luka berjatuhan akibat rentetan perang tersebut. Satu di antara korban perang di Irak adalah Ammar Hadi Ali. Pria yang akrab disapa Ali itu menjadi korban keganasan perang Teluk II.

Dia terkena serpihan bom yang kemudian melumpuhkan pinggang dan kakinya. Akibat bom tersebut, Ali tak sanggup lagi berjalan menggunakan kedua kakinya.

"Kejadiannya pada 2007, ketika saya sedang bekerja memasang atap rumah. Tiba-tiba, bom meledak tak jauh dari tempat saya berdiri. Akhirnya, saya harus mengalami hal ini," ungkap atlet yang kini berusia 33 tahun itu.

Setelah mengalami persitiwa itu, Ali mengaku sempat frustrasi karena menganggap masa depannya suram. Namun, beruntung beberapa teman dan keluarganya terus memotivasinya agar tidak cepat putus asa.

"Apalagi ketika itu saya sedang rajin-rajin mengumpulkan uang untuk menikah. Tetapi, setelah kejadian itu saya tidak bisa bekerja lagi," paparnya dalam rilis yang diterima Bola.com.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Olahraga Membawa Dampak Positif

Ternyata, Tuhan berkehendak lain. Ali mengambil hikmah dari kejadian yang dialaminya itu, setelah ada perwakilan dari National Paralympic Comitte (NPC) Irak menawarkannya untuk menjadi atlet Wheelchair Fencing (Anggar Kursi Roda).

"Tepatnya pada 2009 saya mulai dikenalkan dengan olahraga ini. Padahal semula saya tak pernah kenal dengan olahraga ini," kata peraih medali emas nomor EP kategori B di Asian Para Games Guangzhou, China 2010 itu.

Sejak saat itu, semangat hidup Ali mulai bangkit dan terus menekuni olahraga ini yang akhirnya mengubah jalan hidupnya. "Berkat olahraga ini juga saya bisa berkeliling ke negara lainnya untuk mengikuti kejuaraan ini," kata Ayah dari dua orang putra itu.

Pada ajang Asian Para Games 2018, Ali merupakan satu di antara atlet tangguh yang patut diwaspadai oleh lawan-lawannya, terutama para atlet China. "Atlet China merupakan saingan terberat saya. Mereka sukar untuk dikalahkan,” ungkap atlet yang juga pernah meraih perak di Asian Para Games 2014 Incheon, Korea, di nomor Floret itu.

Kini, selain fokus berlatih, Ali juga seorang wiraswastawan dengan memiliki workshop pintu dan jendela di rumahnya.

"Alhamdullilah, Allah memang berkehendak lain, ternyata masa depan saya tidak sesuram yang pernah saya bayangkan sebelumnya setelah peristiwa yang saya alami," ujar Ali yang kini telah mengantongi medali perak di nomor EP dan perunggu di nomor Foil pada Asian Para Games 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.