Jadi Kiblat Keuangan Dunia, Ekonomi AS Pengaruhi Semua Negara

Rencana pengetatan likuiditas alias Quantitative Easing (QE) telah membuat pasar keuangan beberapa negara morat marit.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 22 Agu 2013, 09:34 WIB
Rencana pengetatan likuiditas alias Quantitative Easing (QE) telah membuat pasar keuangan beberapa negara morat marit. Pasalnya kebijakan tersebut berdampak terhadap nilai tukar mata uang dan bursa saham, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, memburuknya kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) terlebih setelah gembar gembor scale back QE sangat berimbas negatif bagi negara-negara yang kaya akan sumber daya alamnya.

"Tidak hanya Indonesia yang kena dampaknya, tapi juga Afsel, Brazil, India dan lainnya. Terutama semua negara yang kaya sumber daya alam," ucap dia di Jakarta, Rabu (21/8/2013) malam.

AS, diakui Chatib merupakan pusat atau kiblat keuangan internasional yang sangat berpengaruh terhadap seluruh negara di dunia. Meski begitu, pada dasarnya semua negara saling bergantung satu sama lain.

"Jadi ketika dia (AS) melakukan QE, dampaknya akan terasa saat negara tersebut menghentikan likuiditas (cuttering off). Semua perlu dikomunikasi, walaupun kami tidak mungkin melarang AS untuk melakukan cuttering off apalagi oleh The Fed. Indikatornya kalau kondisi AS membaik, pertumbuhan ekonominya juga pulih," jelas dia.  

Pemerintah, menurut Chatib, terus menggelar rapat untuk menyamakan pandangan terhadap paket kebijakan yang rencananya akan dirilis pada Jumat (23/8/2013).

Koordinasi tersebut dilakukan dalam rapat Forum Koordinasi Stabilisasi Sistem Keuangan (FKSSK) dengan anggota Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).  

"Karena seluruh dunia kena, jadi kami harus membuat paket kebijakan ekonomi untuk memitigasi dan meminimalisir dampak dari QE tersebut," tukas Chatib. (Fik/Ndw)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya