Kabut Asap Beracun Selimuti Pakistan Timur, Kantor hingga Sekolah dan Mal di 3 Kota Ditutup

Pakistan timur tengah dilanda kabut asap beracun yang berdampak buruk pada kesehatan warganya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Nov 2023, 15:06 WIB
Ilustrasi kabut asap. (iStockphoto)

Liputan6.com, Lahore - Pakistan timur tengah dilanda kabut asap yang berdampak buruk pada kesehatan warganya.

Melansir BBC, Jumat (10/11/2023), kabut asap beracun di Pakistan timur telah membuat ribuan orang sakit, memaksa pihak berwenang menutup beberapa kota selama sisa pekan ini.

Kabut asap di kota terbesar kedua di negara Pakistan, Lahore, bahkan terpantau telah meningkat ke tingkat yang berbahaya.

Pemerintah Provinsi Punjab telah memerintahkan sekolah, perkantoran, mal dan taman di tiga kota, termasuk Lahore, ditutup hingga hari Minggu 12 November.

Provinsi Punjab di Pakistan berbatasan dengan negara bagian India dengan nama yang sama.

Selama beberapa hari terakhir, Indeks Kualitas Udara Lahore – yang mengukur tingkat partikel halus di udara – berada di kisaran angka 400. Tingkat AQI pada atau di bawah 100 umumnya dianggap memuaskan. Lahore berbatasan dengan Kota Amritsar di India.

India Utara juga terkena dampak kabut asap beracun.

Polusi udara di ibu kota India, Delhi, telah meningkat ke tingkat yang mengkhawatirkan. Pada hari Selasa, indeks kualitas udara di ibu kota India mencapai angka 300 pada tanggal 7 November, hampir mencapai tingkat berbahaya yaitu 301-500.

Beberapa warga Lahore mengatakan kepada BBC Urdu bahwa atmosfer berbahaya sering terjadi dan berdampak buruk pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari lainnya.

"Rasanya atmosfer beracun ini telah menjadi bagian dari hidup kami," kata penjual bernama Ameer Hamzah, yang pekerjaannya mengharuskan dia bepergian dengan sepeda motor hampir sepanjang hari.

“Saya pergi ke berbagai titik untuk memasarkan produk dan ketika saya pulang ke rumah setelah hari yang melelahkan, mata saya merah dan iritasi karena polusi udara. Kemudian pekerjaan saya terpengaruh karena saya sering sakit. Saat ini, saya sedang pilek, sakit tenggorokan, dan batuk,” ujar Ameer Hamzah.

 

2 dari 5 halaman

Anak-Anak Juga Terdampak

Ilustrasi anak terdampak kabut asap Pakistan. (Foto: Unsplash/Annie Spratt)

 

Sarah Zeeshan mengatakan putrinya yang berusia satu setengah tahun merasa kesulitan untuk makan dan minum karena kabut asap menyebabkan lecet di sekitar mulutnya.

Paparan kabut asap yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan kesehatan jangka panjang, termasuk menyebabkan kanker paru-paru.

Beberapa ahli meyakini bahwa pembakaran sisa tanaman untuk mempersiapkan musim tanam di musim dingin adalah penyebab utama polusi udara.

 

3 dari 5 halaman

Isu Diplomatik Pakistan dan India

Ilustrasi bendera India. (Unsplash)

Pakistan mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan mengangkat masalah ini ke pihak berwenang India pada tingkat diplomatik, media lokal melaporkan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Namun para ahli mencatat bahwa seperti halnya di India, para petani di Pakistan juga melakukan pembakaran tunggul untuk mempersiapkan musim tanam baru.

Fasilitas medis, toko kelontong, dan pompa bensin tetap buka di Punjab. Pihak berwenang telah mengimbau warga untuk memakai masker jika harus keluar rumah.

Rafi Alam, aktivis lingkungan hidup, mengatakan kebijakan pemerintah yang bertujuan memerangi kabut asap "dibuat secara tergesa-gesa dan tidak ada gunanya".

"Sampai Anda mengenali suatu masalah sebagai sebuah masalah, bagaimana Anda dapat memperbaikinya? Apakah menyiram air atau menutup sekolah tiga hari dalam seminggu akan menyelesaikan masalah kabut asap?" dia berkata.

Menurut Air Quality Life Index (Indeks Kualitas Udara) tahun ini, yang disusun lembaga kebijakan energi Universitas Chicago, polusi udara memperpendek umur manusia hampir tujuh tahun di wilayah paling tercemar di Pakistan, termasuk Lahore.​

4 dari 5 halaman

Polusi Udara New Delhi India Melonjak hingga 100 kali Lipat dari Batas WHO: Bahkan Anak-Anak Sulit Bernapas

Kabut asap menyelimuti cakrawala kota di New Delhi, India, Jumat, 3 November 2023. (AP Photo/Shonal Ganguly)

Pekan lalu, kualitas udara di New Delhi, India, mencapai tingkat yang parah. Kabut asap beracun dilaporkan menyelimuti kota tersebut, menandai dimulainya "musim polusi udara" yang telah jadi bencana tahunan di ibu kota negara itu.

Sekolah-sekolah ditutup dan pembangunan yang tidak penting dilarang di sekitar Delhi karena indeks kualitas udara di kota itu mencapai 500, 100 kali lipat dari batas yang dianggap sehat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kualitas udara di kota tersebut telah menurun selama seminggu terakhir.

Hal ini disebabkan peningkatan tajam jumlah petani di negara bagian Haryana dan Punjab yang membakar ladang mereka selama musim tanam. Keadaan ini ditambah parah oleh angin yang membawa polutan ke Delhi dan penurunan suhu, menjebak partikel-partikel tersebut.

Minggu kemarin, kasus kebakaran lahan di negara bagian Punjab meningkat 740 persen, dengan lebih dari seribu kebakaran tercatat dalam satu hari. Penyebab lain polusi di kota ini adalah emisi mobil, konstruksi, dan pembakaran sampah di pabrik limbah.

Sistem peringatan dini polusi di Delhi dilaporkan gagal memprediksi kerusakan lebih lanjut yang terjadi pada Kamis malam, 2 November 2023. Delhi, yang berpenduduk sekitar 33 juta orang, secara rutin menduduki peringkat kota berudara paling tercemar di dunia.

Menurut Air Quality Life Index (Indeks Kualitas Udara) tahun ini, yang disusun lembaga kebijakan energi Universitas Chicago, masyarakat Delhi bisa mengalami penurunan umur 11,9 tahun karena buruknya udara yang mereka hirup. 

5 dari 5 halaman

Polusi Udara Kian Parah, Seluruh SD di New Delhi India Ditutup hingga 10 November 2023

Pejalan kaki berjalan di sepanjang jalan dekat Gerbang India di tengah kabut asap tebal di New Delhi, Kamis (3/11/2022). Setiap musim dingin, udara dingin beserta asap dari petani yang membakar jerami dan emisi kendaraan juga sumber-sumber lainnya bercampur menciptakan kabut asap mematikan. (Money SHARMA / AFP)

Adapun seluruh sekolah dasar di New Delhi, India, akan ditutup hingga Jumat (10/11/2023) karena tingkat polusi udara yang semakin memburuk. Demikian diungkapkan oleh Menteri Pendidikan India Atishi Marlena. 

"Karena tingkat polusi tetap tinggi, sekolah dasar di Delhi akan tetap tutup hingga 10 November," tulisnya di akun media sosial X, sebelumnya Twitter, resmi miliknya, seperti dilansir CNA, Senin (6/11).

Sementara bagi murid kelas 6 hingga 12, sekolah bisa melanjutkan kegiatan belajar mengajar secara daring. 

New Delhi menduduki peringkat teratas dalam daftar kota paling berpolusi di dunia yang disusun oleh situs pemantau kualitas udara, IQAir.

Indeks kualitas udara (AQI) ibu kota India itu pada Minggu (5/11) adalah 471, menempatkannya dalam kategori "berbahaya". Posisinya kemudian diikuti oleh kota Lahore di Pakistan dengan angka "sangat tidak sehat" yaitu 261.

Angka indeks kualitas udara 0-50 masuk dalam kategori baik, sementara angka 400-500 dikategorikan akan berdampak pada orang sehat dan berbahaya bagi mereka yang mengidap penyakit.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya