Taliban Cegat 100 Wanita yang Ingin Kabur ke UEA untuk Kuliah

Sejak menguasai Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban telah melanjutkan anak perempuan untuk bersekolah setelah lulus kelas 6 SD

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 25 Agu 2023, 19:10 WIB
Tahun pendidikan baru Afghanistan dimulai, tetapi sekolah menengah atas tetap ditutup untuk anak perempuan pada tahun kedua setelah Taliban kembali berkuasa 2021 lalu. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Liputan6.com, Islamabad - Taliban diduga melarang sekelompok remaja wanita yang berniat melanjutkan pendidikan mereka di Uni Emirat Arab (UEA). 

Khalaf Al Habtoor, pengusaha terkenal di UEA, menuliskan di Twitter bahwa ia telah memberikan sponsor kepada sekitar 100 pelajar perempuan agar mereka dapat melanjutkan kuliah di Universitas Dubai. Namun, Habtoor justru menerima kabar pada Rabu (23/8/2023) pagi bahwa otoritas Taliban melarang mereka naik ke pesawat yang telah disiapkan di bandara Kabul. 

"Hal ini membuat saya kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kekecewaan yang saya rasakan saat ini," kata Habtoor, seperti dikutip VOA News, Jumat (25/8). 

Ia mengaku sedih karena sekelompok remaja itu tidak bisa sampai ke Dubai, padahal ia telah menyiapkan segala hal yang diperlukan terkait pendidikan mereka termasuk perkuliahan, akomodasi hingga transportasi. 

"Pihak berwenang di Afghanistan, tanpa alasan yang masuk akal, mencegah kepergian mereka, membatasi kebebasan mereka secara tidak adil. Ini merupakan tragedi besar, sebuah pukulan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan, pendidikan, kesetaraan, dan keadilan," tambahnya. 

"Saya meminta semua pihak yang terlibat untuk segera turun tangan dan membantu menyelamatkan serta membantu para siswa yang kesulitan ini," imbuh Habtoor. 

Pihak berwenang Taliban tidak segera mengomentari hal tersebut.

2 dari 3 halaman

Larangan Taliban untuk Kelompok Perempuan

Mahasiswa dan mahasiswi menghadiri kelas yang dipisahkan dengan tirai di sebuah universitas swasta di Kabul, Afghanistan, Selasa (7/9/2021). Universitas di Afghanistan memisahkan pria dan wanita dalam kelas dengan tirai untuk mengikuti keputusan Taliban. (AAMIR QURESHI/AFP)

Sejak menguasai Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban telah melanjutkan anak perempuan untuk bersekolah setelah lulus kelas 6 SD. 

Akhir tahun lalu, otoritas de facto garis keras melarang mahasiswi mengikuti kuliah di universitas nasional.

Hal tersebut yang mendorong Al Habtoor menawarkan beasiswa kepada 100 mahasiswi Afghanistan untuk membantu mereka melanjutkan pendidikan di Dubai.

Ia juga memposting pesan suara dari seorang pelajar yang dilarang bepergian ke Dubai tanpa mengungkapkan identitasnya.

"Saat ini kami berada di bandara, namun sayangnya, pemerintah (tidak) mengizinkan kami terbang ke Dubai. Bahkan mereka tidak mengizinkan kami bepergian dengan mahram (wali laki-laki)," kata mahasiswi tersebut.

"Mereka tidak mengizinkan kami ketika mereka melihat visa dan tiket pelajar. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Tolong bantu kami. Kami sangat prihatin dengan masalah ini," tambah mahasiswi tersebut.

3 dari 3 halaman

Pembatasan Terhadap Perempuan

Mahasiswa dan mahasiswi menghadiri kelas yang dipisahkan dengan tirai di sebuah universitas swasta di Kabul, Afghanistan, Selasa (7/9/2021). Universitas di Afghanistan memisahkan pria dan wanita dalam kelas dengan tirai untuk mengikuti keputusan Taliban. (AAMIR QURESHI/AFP)

Taliban telah melarang perempuan Afghanistan melakukan perjalanan ke luar negeri kecuali ditemani oleh anggota keluarga laki-laki. Mereka juga melarang banyak perempuan, termasuk staf di kelompok bantuan internasional, untuk bekerja.

PBB telah mengkritik pembatasan terhadap perempuan dan berulang kali mendesak pemerintah de facto untuk membatalkan kebijakan tersebut dan mengatasi masalah hak asasi manusia Afghanistan lainnya.

Hingga saat ini, belum ada negara asing yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban.

PBB juga telah mengesampingkan pengakuan internasional terhadap penguasa de facto di Kabul kecuali pembatasan terhadap perempuan Afghanistan dicabut.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya