Beberkan Kecerdasan Kuat Ma'ruf dan Susi, Saksi Minta Maaf

Hasil asesmen psikologis terdakwa Kuat Ma'ruf mengundang gelak tawa pengunjung sidang.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 21 Des 2022, 16:25 WIB
Terdakwa Kuat Ma'ruf menjalani sidang lanjutan pemeriksaan saksi kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022). Sidang lanjutan kasus Ferdy Sambo kali ini ada penggabungan terdakwa, Eliezer, Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil asesmen psikologis terdakwa Kuat Ma'ruf mengundang gelak tawa pengunjung sidang. Bukan tanpa sebab, ternyata tingkat kecerdasaan di bawah rata-rata.

Terungkap, usai Asosiasi Psikologi Forensik (APFISOR) Reni Kusuma Wardhani memberikan kesaksian dalam sidang kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).

Reni awalnya dipersilakan jaksa membacakan hasil asesmen psikologis Kuat Ma'ruf.

"Untuk terdakwa Kuat Ma'ruf bisa langsung saja," pinta Jaksa.

Reni membeberkan, PRT Ferdy Sambo itu memiliki kecerdasan yang tergolong di bawah rata-rata dibanding populasi orang seusia. "Jadi Bapak Kuat Ma'ruf lebih lambat dalam memahami informasi," ujar Reni.

Sebelum melanjutkan, Reni meminta izin sembari mengucapkan permohonan maaf kepada Kuat Ma'ruf. "Izin Pak kuat. Mohon maaf ini bisa dibuka ya. Iya izin Pak Kuat iya," kata Reni menoleh ke arah Kuat Ma'ruf.

Jawaban Reni disambar oleh Jaksa Penuntut Umum. "Dia senang dibuka bu," jawab Jaksa.

Mendengar itu, suasana sidang riuh. Reni yang sedang memberikan kesaksian ikut tertawa kecil.

 

2 dari 3 halaman

Tak Mudah Disugesti

Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Kuat Mar'uf bersiap menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2022). Hakim memerintahkan jaksa menghadirkan 12 saksi yang terdiri dari orangtua, adik, anggota keluarga, dan Kekasih Brigadir Yosua Hutabarat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Reni mengatakan, Kuat Ma'ruf lebih lambat di dalam memahami informasi dan menyesuaikkan diri dari tuntutan lingkungan tetapi memiliki potensi untuk memahami keadaan di lingkungan sekitar melalui nilai-nilai moral yang dia yakini dan melalui kebiasaan yang dia alami.

"Artinya untuk Kuat Ma'ruf menerima informasi itu apabila disampaikan oleh orang yang dekat dengan dia yang sudah sehari hari bekerja dengan dia itu akan sangat mudah tanpa proses secara panjang," jaksa melemparkan pertanyaan.

Reni menjawab belum tentu demikian. Tetapi, Kuat Ma'ruf mengandalkan pola- pola, kebiasaan yang dia pahami dan mengandalkan value atau nilai-nilai moral yang dimiliki.

"Jadi ini pemahaman moralnya baik. Jadi pada bapak Kuat Ma'ruf ini tidak mudah disugesti, kepatuhannya tinggi, tetapi tidak mudah disugesti, dan dari hasil kepura-puraan tidak didapatkan kepura-puraan," ujar Reni.

Tak cuma Kuat Ma'ruf, Asisten Rumah Tangga lain yakni Susi turut dilakukan pemeriksaan psikologis. Bahkan, hasilnya kecerdasaan Susi sangat rendah.

3 dari 3 halaman

Seperti Apa Kecerdasan Susi?

Susi menghampiri terdakwa Putri Candrawathi sebelum menjadi saksi dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2022). ART keluarga Ferdy Sambo, Susi, kembali menjadi saksi di sidang lanjutan tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tak cuma Kuat Ma'ruf, Pekerja Rumah Tangga (PRT) lain yakni Susi turut dilakukan pemeriksaan psikologis. Bahkan, hasilnya kecerdasaan Susi sangat rendah.

"Sehingga butuh kesabaran dan daya ingatnya juga tidak terlalu baik untuk ibu Susi," ujar Reni.

Infografis Dakwaan Ferdy Sambo di Sidang Pembunuhan Berencana Brigadir J (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya