Perintah Jokowi ke Para Menteri: Waspadai Inflasi

Presiden Joko Widodo meminta pemerintah mewaspadai risiko kenaikan inflasi global yang meningkat tajam.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2022, 15:40 WIB
Presiden Jokowi saat berpidato di hadapan menteri-menterinya

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta pemerintah mewaspadai risiko kenaikan inflasi global yang meningkat tajam. Apalagi tekanan inflasi tersebut terjadi saat pemulihan ekonomi nasional mengalami tren kenaikan.

"Inflasi dunia sudah meningkat dan di Indonesia ini harus juga diwaspadai dampaknya," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara di Jakarta, Kamis (28/4/2022).

Belum lagi munculnya kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Perang dua negara tersebut telah memicu kenaikan harga komoditas yang lebih tinggi dan menciptakan inflasi yang meningkat.

"Beberapa komoditas yang harganya meningkat seperti gas, batubara, minyak, CPO. Gandum dan jagung harganya juga meningkat," kata Suahasil.

Bahkan berbagai negara telah mengalami peningkatan inflasi yang signifikan. Semisal Turki yang inflasinya sudah di level 61,1 persen. Amerika Serikat di posisi 8,1 persen dari yang biasanya dibawah 1 persen

"Inflasi di belahan dunia juga meningkat, ini harus diantisipasi," kata dia.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

2 dari 4 halaman

Mobilitas Meningkat

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Terlebih, dalam waktu yang bersamaan, penyebaran virus sudah bisa dikendalikan. Mobilitas masyarakat juga mulai berangsur membaik dan mengalami peningkatan.

Keinginan belanja konsumsi juga mulai meningkat sehingga permintaan barang makin tinggi. Namun di sisi lain sektor industri tidak bisa langsung menyediakan barang dalam jumlah besar.

"Sektor industri dan PMI kita ini terjaga, konsumsi listrik kita stabil di tingkat pertumbuhan positif dan ini ada tren yang baik," kata dia.

Maka, Suahasil mengatakan jelas arahan presiden tidak hanya untuk memperhatikan kondisi global. Tetapi juga memperhatikan reformasi di Indonesia.

"Karena itu kita harus antisipasi dalam konteks pembangunan dan menekankan rencana kerja pemerintah selama 2022 dan 2023," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

3 dari 4 halaman

BI Ramal Inflasi April 2022 Capai 0,74 Persen

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Akan Meningkat

Bank Indonesia (BI) memperkirakan perkembangan harga pada April 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,74 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Perkiraan tersebut berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu ketiga April 2022.

"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi April 2022 secara tahun kalender sebesar 1,95 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,26 persen (yoy)," kata Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan di Jakarta, Jumat (22/4).

Dia mengatakan, penyumbang utama inflasi April 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu komoditas minyak goreng sebesar 0,26 persen (mtm). Diikuti, komoditas bensin sebesar 0,18 persen (mtm), daging ayam ras sebesar 0,08 persen (mtm), bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen (mtm).

"(Lalu) telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair dan jeruk masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), daging sapi, bawang putih, tempe, bayam, kangkung, nasi dengan lauk, ayam goreng, rokok kretek dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm), " imbuhnya.

 

4 dari 4 halaman

Deflasi

Selama PPKM, Inflasi Agustus 2021 Diperkirakan 0,04 Persen

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ini yaitu tomat dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm) dan -0,01 persen  (mtm).

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat. Khususnya akibat perang antara Rusia dan Ukraina

Selain itu, bank sentral berkomitmen untuk mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Hal ini guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya