Memilih Saham Emiten Sawit saat Harga CPO Melambung

Kenaikan harga CPO akan berdampak positif terhadap emiten produsen CPO. Lalu apa saja saham emiten CPO yang menarik?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 27 Mar 2022, 21:23 WIB
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga crude palm oil (CPO) melonjak pada awal 2022. Bahkan harga CPO sempat tembus USD 2.000 per ton di bursa komoditas Rotterdam.

Pada 3 Januari 2022, harga CPO tembus USD 1.320 per ton, dan tembus USD 2.010 per ton pada 9 Maret 2022. Kenaikan harga CPO tersebut dinilai akan berdampak positif untuk emiten produsen CPO.

“Sudah naik sekitar 30 persen itu tentunya dampaknya akan sangat positif terhadap kinerja mereka ya. Pendapatan mereka itu tergantung dari yang pertama dari volume penjualan, yang kedua dari harganya,” ungkap Analis PT Indo Premier Sekuritas Mino saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (27/3/2022).

“Jadi, kalau harganya naik dampaknya akan sangat positif. Saya pikir untuk emiten CPO lebih ke arah positif untuk emiten CPO,” ia menambahkan. Dia menambahkan, berjalannya aktivitas ekonomi berkaitan dengan kemungkinan naiknya konsumsi biofuel dan bisa mendongkrak harga CPO ke depan.

Mino menuturkan, intinya faktor tren komoditas terutama energi dan pangan CPO masuk keduanya. Sebagai pangan dia sangat esensial misalnya, masyarakat panik saat minyak goreng langka. Sebagai energi, elemen untuk biodiesel, saat oil dan lainnya naik, CPO ikut naik.

Sementara itu, pengamat pasar modal Wahyu Laksono menyebutkan CPO memiliki harga ekspor yang tinggi, permintaan banyak dan bahkan kelangkaan di domestik.

"Jadi ya bullish lah emiten nya, sejak 2021 emiten ini bahkan sejak 2020 pasca anjlok bursa dan berbagai aset di awal pandemi Seiring rebound bursa dan harga komoditas, umumnya emiten CPO rebound dan makin signifikan saat tahun ini tentu nya,” kata Pengamat pasar modal, Wahyu Laksono.

Terkait kelangkaan minyak goreng di Indonesia, ia menilai imbas dari pengetatan kebijakan ekspor.

"Mungkin efek minyak goreng langka kebijakan pemerintah Indonesia yang mengetatkan ekspornya dengan menaikkan kewajiban pasar domestik (DMO) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari 20 persen menjadi 30 persen,” ungkapnya.

"Seasonal Ramadhan juga demand biasa nya naik. Fundamental behinds CPO high, jadi emiten diuntungkan,” ia menambahkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Saham Pilihan

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia juga mengatakan ada sejumlah emiten yang diuntungkan dengan kenaikan harga CPO antara lain PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Smart Tbk (SMAR) dan lainnya.

"Bahkan JAWA termasuk yang naik signifikan belakangan ini. Sebulan terakhir terbaik dialami oleh JAWA, SSMS, SGRO. Semua emiten naik laba bersih-nya. Jadi  strategi nya jelas buy hold atau buy on weakness,” kata dia.

Sementara itu, Mino memilih saham emiten sawit yang masih menarik antara lain, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), kemudian PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).

"Kalau kita lihat target kita masih lumayan, artinya bagi yang belum masuk di sektor perkebunan melihat prospek harga yang masih relatif cukup cerah. Apalagi saat ini permintaan CPO tidak hanya dari makanan, ada permintaan juga dari biofuel,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya