Beber 4 Bingkai Kerukunan Nasional, Wapres Ma'ruf: Indonesia Diberkati Keberagaman

Wapres Ma'ruf menilai keberagaman di Indonesia menjadi pilar kekuatan bangsa

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 27 Feb 2021, 16:03 WIB
Wapres Ma'ruf Amin memberikan pidato sekaligus menutup Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Kegiatan tersebut untuk mensinergikan program-program pemerintah pusat dengan daerah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden Ma'ruf Amin bersyukur Indonesia diberkati keberagaman budaya yang kaya. Menurut Ma'ruf Amin keberagaman budaya ini bisa menjadi pilar utama kekuatan bangsa dalam ketatanegaraan Indonesia harus dibangun dalam bingkai kerukunan nasional.

"Indonesia merupakan negara yang sering dijadikan contoh bagaimana kerukunan nasional itu dibangun dan dikembangkan," kata Ma'ruf saat mengisi kuliah umum bertema “Politik Kebangsaan dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menuju Indonesia Hebat” pada acara Kongres Ikatan Alumni Universitas Kristen Indonesia (UKI) Ke-6 lewat siaran daring, Sabtu (27/02/2021).

Ma'ruf Amin menambahkan, para pendiri bangsa telah menetapkan “4 bingkai kerukunan nasional” sebagai dasar kesepakatan nasional. Dia pun merinci, empat bingkai tersebut adalah politis, yuridis, sosiologis, dan teologis.

"Bingkai politis, yaitu komitmen seluruh bangsa Indonesia dalam implementasi kehidupan masyarakat terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI," terang dia.

Bingkai yuridis, yaitu kepatuhan terhadap aturan yang ada, untuk menjaga kerukunan nasional dan menghormati hukum karena setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Bingkai Sosiologis dan Teologis Semakin Melengkapi

Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Biro Pers Sekretariat Wapres)

Bingkai sosiologis, yaitu kearifan nilai-nilai budaya lokal telah turun-temurun manjadi perekat kebersamaan kita seperti budaya gotong royong, dalian natolu (Batak), tepo seliro (Jawa), pela gandong (Ambon), rumabetang (Dayak), dan lain sebagainya, perlu terus kita lestarikan," lanjutnya.

"Terakhir bingkai teologis, yaitu pemahaman dan pengajaran keagamaan atau keyakinan yang moderat, santun, sejuk dan merangkul. Bukan ajaran yang saling curiga dan mengarah pada konflik atau bahkan pada penggunaan kekerasan," dia menandasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya