PKB: Era Orde Baru Banyak Korup, Tak Masuk Akal Kepuasan Publik Tinggi

Karding mengatakan kondisi negara di pemerintahan Soeharto kacau, sebabnya karena banyak praktik korupsi yang terjadi.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mei 2018, 08:15 WIB
Soeharto didampingi wakilnya, BJ Habibie, membacakan pidato pengunduran dirinya sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998. Soeharto yang telah telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun mundur setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya. (AGUS LOLONG/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding mengkritik hasil survei Indo Barometer yang menyebut masa kepimpinan Presiden Indonesia ke-2 Soeharto paling baik dalam kepuasan publik. Sebagai mantan aktivis di era orde baru, Karding menilai survei tersebut tidak masuk akal.

"Kami merasakan betul betapa menderitanya hidup kita ketika itu, menderita dari sisi ekonomi, tertekan secara politik. Jadi ini aneh dan tidak masuk akal," ujar Karding di Cikini, Jakarta Pusat, Senin, 21 Mei 2018.

Menurut dia, kondisi negara di era pemerintahan Soeharto kacau karena salah satunya dilanda korupsi. Bahkan lebih parah dari masa sekarang, karena tidak ada yang berani menyuarakannya kepada publik.

"Zaman itu korupsinya juga lebih besar, cuma tidak ada survei soal korupsi, tidak ada publikasi karena semua orang takut," ucap dia.

Semestinya, kata Karding, publik diberikan informasi yang benar terkait masa orde baru. Menurutnya, seburuk-buruknya pascareformasi, jauh lebih baik kondisinya ketimbang masa itu.

"Kita jangan lakukan penyesatan apapun demokrasi reformasi, supremasi sipil jauh lebih baik, dengan segala kekurangan yang masih butuh kita benahi," tutupnya.

2 dari 2 halaman

Kalahkan Jokowi dan SBY

Ratusan mahasiswa membentangkan spanduk sambil berjalan menuju gedung DPRD di Medan pada 20 Mei 1998. Bulan Mei 1998 merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia, juga momen penting bagi Soeharto. (UPALI ATURUGIRI/AFP)

Sebelumnya, Indo Barometer merilis survei bertajuk 'Evaluasi 20 Tahun Reformasi' dalam rangka memperingati 20 reformasi. Dengan takaran kepuasan publik, Presiden ke-2 Soeharto menempati posisi tertinggi dibandingkan presiden yang lain.

Soeharto menduduki posisi pertama dengan presentasi 32,9 persen. Disusul Presiden pertama Soekarno dengan presentase 21,3 persen. Posisi ketiga ditempati oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo dengan nilai 17,8 persen.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan salah satu alasan kenapa Soeharto bisa tertinggi, karena dianggap perekonomian dan kehidupan sosial lebih baik. "Bisa dilihat kan sekarang penilaian publik yang menurun adalah sektor perekonomian rakyat dan sosialnya," ucapnya.

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya