Munaslub Golkar Diharapkan Berjalan Transparan

Seluruh penyelenggara Munas baik Steering Committee (SC) maupun Organization Committee (OC) harus benar-benar netral

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 13 Apr 2016, 18:51 WIB
Pekerja membawa atribut bendera yang akan di pasang di alun alun utara Yogyakarta, (11/3). Ade Komarudin akan mendekalrasikan pencalonan ketua Umum DPP Golkar yang akan bertarung pada Munaslub 2016. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Liputan6.com, Jakarta - Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali resmi ditunda menjadi 17-19 Mei, yang sedianya digelar 7 Mei 2016. Munaslub diharapkan dapat mengakhiri perseteruan internal partai selama setahun terakhir.

Setidaknya ada 3 kandidat yakni Ade Komarudin, Setya Novanto, dan Airlangga Hartanto yang telah mendeklarasikan diri siap maju memperebutkan posisi orang nomor satu di partai berlambang pohon beringin itu.

Peneliti Senior CSIS J Kristiadi mengatakan, ada beberapa hal yang harus diubah dari internal Golkar jelang Munaslub kali ini. Yang paling penting adalah transparansi selama proses Munaslub hingga pemilihan ketua umum berlangsung.

"Supaya lebih fair, tugas masyarakat mendorong supaya transparan. Kalau transparan, orang seperti Airlangga itu bisa terpilih," ujar Kristiadi pada diskusi 'Golkar Menuju Partai Progresif' di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Kristiadi mengatakan, seluruh penyelenggara Munaslub, baik Steering Committee (SC) maupun Organization Committee (OC), harus netral. Bila perlu, mereka membentuk tim independen untuk mengawasi setiap aliran dana selama Munas berlangsung.



Di sisi lain, setiap calon memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi, bila serius mencalonkan diri, tak perlu malu lagi tampil ke publik.

"Airlangga harus sedikit menghilangkan kejawaannya. Jangan malu, tampil-tampil saja," imbuh dia.

Internal Partai Golkar

Direktur Pukat UGM Zainal Arifin Mochtar melihat dari ketiga calon ini, tentu internal Golkar yang paling paham karakter setiap calon. Sehingga mereka pula yang harus cermat melihat setiap calon.

"Saya penganut demokrasi kecil. Pemilihan RT akan lebih demokratis karena warga tahu dan melihat kerjanya secara langsung. Begitu juga dengan Golkar, yang paling tahu ya internal Golkar sendiri," jelas dia.

Sementara, politisi Golkar Indra J Piliang mengatakan calon ketua umum Golkar tidak boleh memiliki beban masa lalu, saat ini dan masa depan. Dia juga harus bisa mengelola partai dengan baik.

"Setya Novanto kita tahu sudah bermasalah. Ade Komarudin sudah sibuk dengan 560 anggota DPR yang harus dia didik, bagaimana mengurusi partai. Sejauh ini yang paling pas Airlangga," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya