Bunuh 5 Jurnalis, Wartawan Kaki Tangan Al-Shabab Dieksekusi Mati

Hanafi dinilai membantu kelompok milisi dengan mengidentifikasi kemungkinan sasaran di antara para wartawan dari tahun 2007 dan 2011.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Apr 2016, 10:18 WIB
Hanafi dinilai membantu kelompok milisi dengan mengidentifikasi kemungkinan sasaran di antara para wartawan dari tahun 2007 dan 2011.

Liputan6.com, Mogadishu - Seorang wartawan Somalia, yang membantu kelompok milisi Al-Shabab membunuh lima rekan jurnalis, dihukum mati. Regu tembak telah mengeksekusinya.

"Hari ini, pengadilan telah memenuhi proses eksekusi atas Hassan Hanafi yang telah membunuh para wartawan," kata wakil hakim pengadilan, Abdullahi Hassan pada Senin 11 April 2016 waktu setempat seperti dikutip dari The Independent.

Hassan Hanafi, yang sebelumnya dipandang sebagai wartawan yang dihormati, divonis hukuman mati bulan lalu oleh pengadilan militer di ibu kota Mogadishu.

"Pria 30 tahun itu diekstradisi dari Kenya tahun lalu atas permintaan pemerintah Somalia. Ia mengenakan topeng dan diikat ke tiang sebelum dieksekusi di sebuah akademi polisi di Mogadishu," kata para saksi mata.

Eksekusi mati dengan regu tembak adalah satu-satunya metode yang digunakan di Somalia.

"Keadilan telah ditegakkan -- tiba giliran untuk mencicipi rasa sakit kematian," kata seorang wartawan Somalia yang dirahasiakan identitasnya.

Seperti dikutip dari BBC, Selasa (12/4/2016), Hanafi dinilai membantu kelompok milisi dengan mengidentifikasi kemungkinan sasaran di antara para wartawan dari tahun 2007 dan 2011. Ia bergabung dengan kelompok bersenjata itu setelah bekerja dengan Radio Andalus yang menjadi corong kelompok militan itu di Somalia.

"Lebih 25 wartawan dibunuh di Somalia sejak tahun 2007," kata Committee to Protect Journalists.

Wartawan BBC, Mohammud Ali mengatakan, saat bekerja untuk Al-Shabab, Hanafi kerap menelepon wartawan dan mengancam mati mereka jika menolak bergabung dengan kelompok militan tersebut. 

Al-Shabab sering kali melakukan serangkaian serangan di Mogadishu dan kota-kota lain. Kelompok ini masih menguasai banyak daerah pedesaan di Somalia selatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya