Gandeng ZTE, Smartfren Yakin Kualitas 4G LTE-nya Mumpuni

Smartfren telah mengikat kontrak pengembangan infrastruktur jaringan senilai US$ 788 juta dengan Nokia dan ZTE.

oleh Adhi Maulana diperbarui 14 Agu 2015, 14:42 WIB
(Ki-ka): Senior Director of Technology ZTE Mobile Devices Waiman Lam, CTO ZTE Asia Pacific David An, Direktur Smartfren Roberto Saputra, Head of Network Special Project Munir SP, Global Spokesman ZTE David Dai (Liputan6.com/ Adhi Maulana)

Liputan6.com, Shenzhen - Guna memastikan kualitas layanan 4G LTE miliknya, Smartfren telah mengikat kontrak pengembangan infrastruktur jaringan senilai US$ 788 juta dengan Nokia dan ZTE.

Dijelaskan bahwa ZTE mendapatkan porsi kontrak terbesar dengan nilai US$ 401,9 juta. Sementara sisanya menjadi milik Nokia.

Head of Network Special Project Smartfren, Munir SP, menjelaskan bahwa Nokia akan mem-backup infrastruktur jaringan 4G LTE Smartfren di wilayah barat yang meliputi Jakarta dan sekitarnya, serta Sumatera.

Sedangkan ZTE akan menangani wilayah timur yang terdiri dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.

Khusus untuk ZTE, Munir menjamin bahwa penyediaan jaringan telekomunikasi asal China itu merupakan pemimpin di sektor teknologi 4G LTE.

"Kami ingin menghilangkan stigma itu, produk China murahan. Nyatanya tidak, untuk jaringan telekomunikasi, ZTE leading," ungkap Munir di sela acara kunjungan kantor pusat ZTE di Shenzen, China, yang juga turut dihadiri tim Tekno Liputan6.com.

Apa yang dikatakan Munir memang bukan tanpa alasan. ZTE sendiri memang diakui sebagai salah satu perusahaan penentu standarisasi teknologi jaringan telekomunikasi global, khususnya untuk teknologi 4G LTE.

"ZTE merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa komunikasi terbesar dan terbaik di China dengan berbagai penghargaan dan market share terbesar. Kami adalah perusahaan pertama yang memulai layanan jaringan 4G," klaim Global Spokesman of ZTE, David Dai.

Bersama Smartfren di Indonesia, ZTE menerapkan dua jenis teknologi 4G LTE sekaligus, yakni berbasis TDD (Time Division Duplex) yang berjalan di frekuensi 2.300 MHz dan (Frequency Division Duplex) di spektrum frekuensi 850 MHz.

Munir mengatkan bahwa dua jenis teknologi tersebut memiliki kelebihan masing-masing yang saling mengisi (Carrier Agretion).

"Teknologi FDD di frekuensi rendah 850 MHz dimanfaatkan untuk jangkauan yang lebih luas bagi seluruh pengguna. Sedangkan untuk teknologi TDD di frekuensi tinggi 2.300 MHz, dimanfaatkan untuk memberikan kecepatan yang lebih baik bagi pengguna," paparnya.

Selain itu, untuk urusan sumber daya frekuensi, pita lebar yang dimiliki Smartfren untuk menggelar 4G LTE pun cukup luas bila dibandingkan operator lain. Di 2.300 MHz, Smartfren mempunyai sumber daya pita seluas 30 MHz, sementara di 850 MHz sebesar 10 MHz.

(dhi/isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya