Indonesia Kembangkan Teknologi Baterai Masa Depan

Peneliti utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Evy Kartini menyebutkan pihaknya telah menguasai teknologi baterai lithium.

oleh Denny Mahardy diperbarui 17 Okt 2014, 08:22 WIB
Pencuri kabel biasanya menggunakan uang hasil penjualan tembaga untuk membeli obat-obatan terlarang.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi mobile mendorong segala perangkat bergantung pada baterai untuk bisa beroperasi. Namun, teknologi baterai yang berkembang tak seiring perkembangan teknologi perangkat sehingga membuat komponen itu menjadi salah satu masalah serius di industri teknologi. 

Mobil listrik yang disebut-sebut jadi kendaraan masa depan yang ramah lingkungan sediki banyak terbentur oleh terbatasnya teknologi baterai. Bobot baterai yang mengambil porsi sebesar 35-50% berat kendaraan disebutkan sebagai masalah yang perlu diselesaikan. 

Peneliti utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Evy Kartini menyatakan pihaknya telah menguasai teknologi baterai lithium. Pakar baterai itu menjelaskan dengan menggunakan teknik neutron atom ringan maka lithium dan hidrogen dapat diidentifikasi.

"Teknik neutron bisa mengetahui pergerakan lithium. Setelah itu kita bisa memodifikasi," ungkap Evy di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Lebih lanjut, Evy mengungkap bahwa BATAN telah berhasil memproduksi baterai dalam skala laboratorium. Sedangkan untuk skala produksi baterai secara massal ditangani oleh lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI).

Untuk mengembangkan teknologi dan memproduksi baterai dalam negeri, kata Evy, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 100 miliar untuk pengembangan dan produksi baterai yang akan digunakan untuk mobil listrik.

"BATAN mendapatkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pembuatan laboratorium dan pengembangan baterai. Sedangkan LIPI mendapat alokasi dana sebesar Rp80 miliar untuk menangani urusan produksi massalnya," jelasnya.

Kepala BATAN, Djarot Wisnubroto, mengatakan baterai menjadi kebutuhan utama di masa depan. Berbagai perangkat gadget dan perangkat mobile lainnya telah dilengkapi baterai sebagai komponen utamanya.

"Baterai digunakan mobil listrik maupun telepon seluler," kata Djarot. Dirinya juga mengungkapkan harapannya agar Indonesia bisa memproduksi baterai berkapasitas besar dalam bentuk kecil secara mandiri.

BATAN mengadakan pekan sains internasional yang terdiri dari tiga kegiatan sekaligus pada 13-17 Oktober yakni konferensi internasional material dan teknologi, riset bersama mengenai baterai, dan "AONSA Scattering Neutron School".


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya