Sukses

Pemecatan 50 Karyawan Google yang Protes Soal Kontrak dengan Israel Dinilai Ilegal

Sekelompok pekerja di Alphabet Inc (induk Google) mengklaim perusahaan teknologi tersebut secara tidak sah memecat sekitar 50 karyawan karena memprotes kontrak layanan cloud-nya dengan pemerintah Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok pekerja di Alphabet Inc (induk Google) mengajukan keluhan kepada dewan buruh Amerika Serikat (AS).

Mereka mengklaim perusahaan teknologi tersebut secara tidak sah memecat sekitar 50 karyawan karena memprotes kontrak layanan cloud-nya dengan pemerintah Israel.

Keluhan yang diajukan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional AS (National Labor Relations Board/NLRB) itu menuduh Google mengganggu hak-hak karyawan berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan AS untuk mengadvokasi kondisi kerja yang lebih baik.

Google baru-baru ini mengatakan telah memecat 28 karyawan yang mengganggu ketertiban di lokasi kantor saat memprotes Proyek Nimbus.

Nimbus merupakan kontrak senilai USD 1,2 miliar (sekitar Rp 19,5 triliun) yang diberikan bersama kepada Google dan Amazon.com untuk memasok layanan cloud kepada pemerintah Israel.

Google pekan lalu mengatakan bahwa sekitar 20 pekerja lagi telah dipecat karena memprotes kontrak saat berada di kantor.

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters, Kamis (2/5/2024), Google mengatakan perilaku para pekerja tersebut sama sekali tidak dapat diterima dan membuat karyawan lain merasa terancam (tidak aman).

“Kami dengan hati-hati mengkonfirmasi dan menegaskan kembali bahwa setiap orang yang dipecat secara langsung dan pasti terlibat dalam gangguan di dalam gedung kami,” kata perusahaan itu.

Para karyawan Google mengklaim proyek tersebut mendukung pengembangan peralatan militer Israel.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sanggahan Google

Sementara Google berdalih bahwa kontrak Nimbus tidak ditujukan pada beban kerja yang sangat sensitif, rahasia, atau militer yang relevan dengan senjata atau badan intelijen.

Zelda Montes, mantan karyawan Google yang ditangkap saat protes Proyek Nimbus, mengatakan Google memecat para pekerjanya untuk menekan pengorganisasian dan mengirim pesan bahwa perbedaan pendapat tidak akan ditoleransi.

“Google berusaha menanamkan rasa takut pada karyawan,” kata Montes dalam pernyataan yang diberikan oleh No Tech For Apartheid, sebuah kelompok pengorganisasian yang berafiliasi dengan beberapa pekerja yang dipecat.

Para pekerja yang tergabung dalam pengaduan NLRB berupaya untuk dipekerjakan kembali. Juga meminta Google tidak melanggar hak pekerja untuk berorganisasi.

Penasihat umum NLRB, yang bertindak sebagai jaksa, meninjau pengaduan dan upaya untuk menyelesaikan klaim yang dianggap pantas.

Jika gagal, penasihat umum dapat mengajukan kasus ke hadapan hakim administratif dan dewan beranggotakan lima orang yang ditunjuk oleh presiden AS.

3 dari 5 halaman

Induk Usaha Google Bakal Tebar Dividen untuk Pertama Kali

Sebelumnya, harga saham induk usaha Alphabet melonjak 10 persen pada perdagangan Jumat, 26 April 2024 usai Perseroan mengunggah kinerja kuartal I yang lebih baik dari harapan.

Selain itu, Perseroan membagikan dividen untuk pertama kali dan melakukan pembelian kembali saham atau buyback sebesar USD 70 miliar.

Mengutip CNBC, harga saham Alphabet mencatat reli signifikan sejak naik 16 persen pada Juli 2015. Harga saham Alphabet ditutup di posisi USD 171,95, dan valuasi Alphabet di atas USD 2,1 triliun.

Alphabet melaporkan pendapatan mencapai USD 80,54 miliar, naik 15 persen dari periode sama tahun sebelumnya dan tercepat sejak awal 2022. Selain itu, pendapatan Google melewati prediksi analis yang disurvei LSEG yang mencapai USD 78,59 miliar. Perseroan juga mencatat laba per saham USD 1,89 dari prediksi wall street sebesar USD 1,51 miliar.

Selain itu, Alphabet juga mengumumkan pembagian dividen 20 sen per taham yang akan dibayar pada 17 Juni 2024 kepada seluruh pemegang saham yang namanya tercatat 10 Juni 2024.

Alphabet juga mendapatkan persetujuan untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback saham sebesar USD 70 miliar.

Adapun kinerja keuangan positif tersebut juga didukung dari pendapatan iklan Youtube dan pendapatan Google Cloud yang melebihi prediksi analis.

Analis Barclays tetap memasang rating overweight di saham Alphabet dan menaikkan target harga saham menjadi USD 200 dari USD 173. Analis mengapresiasi keseimbangan investasi perusahaan dengan efisiensi dan pengembalian modal.

“Google berada di posisi yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan, memperluas margin sambil mengirimkan produk lebih cepat dan mengembalikan modal. Pada dasarnya membuktikan para penentang salah. Momentumnya akan tetap kuat untuk sementara waktu di sini,” tulis Analis Barclays.

 

4 dari 5 halaman

Analis Kerek Harga Saham Induk Usaha Google

Analis Oppenheimer menyoroti bisnis periklanan Alphabet yang semakin cepat meski terdapat pengeluaran besar untuk kecerdasan buatan sehingga menaikkan target harga menjadi USD 205 dari USD 185 dan kembali menegaskan peringkat yang lebih baik.

Analis Morgan Stanley mempertahankan peringkat overweight terhadap Alphabet dan target harga menjadi USD 195 dari USD 165 dengan alasan ketahanan pertumbuhan inti perusahaan dan keberhasilan awal dalam merekayasa ulang biaya bisnis.

Di antara peningkatan target harga lainnya untuk saham setelah laba Alphabet, JPMorgan meningkatkan target harga menjadi USD 200 dari USD 165. Sedangkan Evercore ISI menaikkan target menjadi USD 200 dari USD 160.

5 dari 5 halaman

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.