Sukses

Menkominfo Ingatkan Analog Switch Off dan Penghapusan 3G Bukan Hal Buruk

Menkominfo Johnny G. Plate menyebut Analog Switch Off atau penghentian siaran TV digital dan penghapusan 3G bukanlah hal yang buruk. Keduanya dinilai justru akan meningkatkan layanan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyebut kebijakan Analog Switch Off (ASO) alias penghentian tetap siaran TV analog serta penghapusan 3G di Indonesia bukanlah hal yang buruk.

"Analog Switch Off dan 3G shut down bukanlah hal yang buruk, tetapi hal baik," katanya dalam konferensi pers mengenai kesiapan jaringan operator menghadapi Lebaran 2022 yang digelar daring, Jumat (29/4/2022).

Menurut Johnny, Analog Switch Off menjadi pengakhiran layanan siaran TV analog dan di saat bersamaan, siaran TV menjadi TV digital penuh.

"Aanalog Switch Off memberikan layanan yang lebih baik, kapasitas yang lebih besar, dan opsi program yang lebih banyak," tutur Johnny.

Sementara, saat 3G shut down, operator seluler menghentikan layanan 3G dan memberikan mereka kesempatan untuk menghidupkan dan memperluas cakupan 4G dengan kapasitas yang lebih besar.

Dengan begitu, penghapusan 3G bisa memberikan kapasitas lebih besar dan menghadirkan kecepatan akses internet 4G yang lebih tinggi.

"Phase out 3G untuk mendukung perluasan 4G sebagai jaringan tulang punggung komunikasi Indonesia," kata Johnny.

Sebelumnya, pemerintah akan melaksanakan penghentian siaran tv analog/ Analog Switch Off (ASO) pada Sabtu, 30 April 2022, pukul 00.00 WIB. Selanjutnya mulai 1 Mei 2022, siaran televisi ditransmisikan secara digital.

Menkominfo Johnny G. Plate mengatakan, ASO dilakukan dalam tiga tahap di berbagai wilayah di Indonesia. Khusus tahap 1, ASO dilakukan di 56 wilayah di 166 kota/ kabupaten.

Namun, Johnny mengatakan, ASO tahap 1 tidak serentak dilakukan di 56 wilayah siaran, melainkan dimulai di 3 wilayah terlebih dahulu.

"Penghentian tetap siaran TV analog tahap 1 dimulai dari tiga wilayah siaran di tiga provinsi di 8 kota/ kabupaten," kata Johnny dalam konferensi pers persiapan ASO dan migrasi ke TV digital, Jumat (29/4/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Wilayah yang Dihentikan Siaran TV Digital

Johnny menyebutkan, ketiga wilayah tersebut adalah:

1. Wilayah siaran Riau 4: Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pulau Meranti

2. Wilayah siaran Nusa Tenggara Timur 4: Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka

3. Wilayah Papua Barat 1: Kabupaten Sorong dan Kota Sorong

Johnny pun mengajak masyarakat di ketiga wilayah di atas untuk mengecek apakah perangkat televisinya sudah bisa menerima siaran TV digital atau belum.

"Masyarakat yang (perangkat televisinya) belum bisa menerima siaran TV digital diharapkan segera memasang perangkat STB (set top box), sementara masyarakat miskin yang STB atau perangkat konektornya disediakan pemerintah, akan disediakan oleh penyelenggara multiplex (MUX)," kata Johnny.

Ada pun penyelenggara MUX tersebut adalah Lembaga Penyiaraan Pemerintah (LPP) TVRI dan 6 Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) yakni MNC Group, Media Group, Surya Citra Media (SCM), Viva, Transmedia, Rajawali Televisi (RTV), NTV, dan pemerintah.

3 dari 4 halaman

Kecepatan 4G Bakal Naik Jika 3G Dihapus

XL Axiata kini tengah melakukan penghapusan 3G di berbagai daerah. XL Axiata menargetkan 3G dihapus sepenuhnya sebelum akhir 2022.

Nantinya setelah layanan 3G dimatikan, XL Axiata akan memakai spektrum frekuensi yang semula dipakai 3G untuk dimigrasikan ke layanan 4G. Hal ini diyakini akan membuat kecepatan akses data 4G XL Axiata meningkat.

Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan, saat ini XL Axiata menggelar layanan 3G di spektrum frekuensi 1.800 MHz dengan lebar pita 5 MHz.

Nantinya jika pita selebar 5 MHz di spektrum 1.800 MHz dimigrasikan ke 4G, kecepatan data internet 4G pun meningkat.

"Kalau bisa kami mematikan 3G lebih cepat, karena begitu kami hapus 3G dan menggunakan pita selebar 5 MHz untuk LTE, kecepatan akan naik 15 persen," kata Gede, ditemui dalam Buka Puasa XL Axiata bersama Media, beberapa waktu lalu.

Gede menambahkan, dengan kenaikan kecepatan internet, pengalaman pengguna berselancar di dunia maya pun akan makin lancar.

"Kami sebenarnya memberikan pelayanan data itu jauh lebih baik pada saat memakai (spektrum) untuk LTE, apalagi kami tahu, pendapatan data terhadap total pendapatan layanan XL Axiata sebesar 93 persen," kata Gede.

Gede menjelaskan, dengan penambahan pita selebar 5 MHz untuk 4G LTE, peningkatan pengalaman 15 persen itu sebanding dengan trafik yang lebih besar. Menurutnya, dengan kecepatan internet yang lebih tinggi, pelanggan akan lebih banyak menghabiskan kuota.

4 dari 4 halaman

Tantangan Hapus 3G

Sebelumnya, operator seluler XL Axiata menargetkan penghapusan 3G akan selesai sebelum akhir 2022.

Direktur sekaligus Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan, saat ini progress penghapusan jaringan 3G XL Axiata sudah mencapai 96 persen.

Menurutnya, masih ada sekitar 4 persen dari total BTS 3G XL Axiata yang masih beroperasi di berbagai tempat di Indonesia. 

"Saat ini 96 persen sudah selesai, jadi mungkin tinggal 1.000-2.000 BTS yang belum di-shutdown," kata Gede, ditemui di Buka Puasa XL Axiata bersama Media, beberapa waktu lalu.

Gede menjelaskan tantangan XL Axiata dalam menghentikan layanan 3G. Pertama karena trafik suara di sebuah daerah begitu tinggi dan pelanggan XL Axiata di daerah tersebut belum menggunakan handset 4G.

Selain itu menurut Gede, masih ada juga pelanggan yang menggunakan SIM card 3G dan belum berganti ke USIM 4G.

"Kalau itu kita paksa (matikan 3G), para pelanggan ini nggak akan dapat layanan," kata Gede.

Ia melanjutkan, tantangan lainnya adalah karena kemungkinan di sebuah lokasi, layanan 2G untuk melayani panggilan telepon masih belum cukup.

"Voice itu kan di 2G dan 3G, pada 2006 kami menggulirkan 3G secara besar-besaran sementara 2G (di area) selektif. Begitu sekarang 2G masih bertahan dan 3G dimatikan, kami harus mengkompensasi trafik panggilan ke layanan 2G dulu," kata Gede.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.