Sukses

Facebook Menilai Label Privasi Hanya Akal-akalan Apple

Petinggi Privasi Facebook, Steve Satterfield menilai Apple memanfaatkan detail privasi itu untuk menguntungkan diri sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Isu privasi jadi satu topik khusus yang dipandang oleh banyak perusahaan teknologi dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19.

Lihat saja bagaimana Apple mengharuskan deretan aplikasi yang ada di App Store untuk melengkapi label privasi yang dibuatnya. Hal itu untuk menginformasikan data apa saja yang dikumpulkan oleh aplikasi tersebut.

Kemudian, pada update iOS 14.5 Apple melampirkan Tracking App Transparency yang mengharuskan pengembang untuk meminta izin pelacakan data dan informasi kepada pengguna.

Langkah Apple itu dipandang Facebook sebagai akal-akalan perusahaan untuk menakut-nakuti penggunanya. Sehingga tidak memberikan izin penggunaan data pengguna.

Privacy & Policy Director Facebook, Steve Satterfield memandang Apple hanya menguntungkan diri sendiri dari kebijakan itu. Meski, ia memahami dan mendukung kebijakan privasi tersebut.

“Masalahnya, bagaimana Apple melakukan ini, bagaimana mereka memanfaatkan atau memberikan posisi menguntungkan bagi mereka sendiri,” katanya dalam konferensi, Kamis (20/5/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Metode Sama dengan Facebook

Steve Satterfield menilai, iOS 14.5 memiliki anjuran izin bagi iklan terpersonalisasi di aplikasinya sendiri. Secara sederhana, ini bermaksud untuk tidak menggunakan data penggunanya. Dia juga menilai ada beberapa masalah yang menyertai kebijakan privasi itu.

“Pertama adalah produk Apple menjadi subjek dari syarat baru ini. Kita tahu mereka sedang bangun produk iklan sendiri. Apple sedang memberikan rintangan pengiklan dari subjek lain,” tuturnya.

Meski diakui banyak hal mirip juga dilakukan oleh Facebook, Steve Satterfield dengan tegas mengatakan mendukung internet terbuka untuk digunakan siapapun.

Ia mengatakan fakta, konsumen Apple adalah orang-orang yang mampu untuk membayar, dan yang diberikannya adalah pengalaman berbayar.

“Untuk memonetisasi iklan terpersonalisasi, anda perlu membayar sebuah syarat. Ketika anda membayar melalui iOS, perusahaan akan mendapatkan komisi dari bayaran itu,” tegasnya.

 

3 dari 3 halaman

Takut-takuit Pengguna?

Kendati demikian, ia mengaku menggali info terkait jumlah data yang diminta oleh Apple pasca-perilisan iOS 14.5. Pasalnya, belum dapat menjamin jumlah pengguna yang telah menginstal update baru tersebut.

Terakhir, Steve Satterfield menegaskan Apple mendorong penggunanya ke arah tertentu.

“Sekali lagi, dengan pengalaman permission prompt ini untuk mendorong Anda ke arah tertentu dengan bahasa yang menakut-nakuti. Dengan begitu, kita tidak bisa memberikan iklan terpesonalisasi ke mereka,” tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.