Sukses

Muslim Pro Diduga Jual Data, Ridwan Kamil Ajak Pengguna Beralih ke Aplikasi Lain

Dalam unggahannya beberapa hari lalu, Ridwan Kamil menyarankan pengguna untuk beralih sementara waktu dari aplikasi Muslim Pro.

Liputan6.com, Jakarta - Persoalan aplikasi Muslim Pro yang diduga menyalahgunakan atau menjual data pengguna ternyata mendapat sorotan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Hal itu diketahui dari unggahannya di Instagram beberapa hari lalu.

Menurut Ridwan Kamil, dirinya memang pengguna harian aplikasi tersebut karena dianggap bagus. Namun dalam unggahannya, dia menuliskan apabila ada penyalahgunaan data, hal itu jelas melanggar hal fundamental mengenai privasi data dan lokasi pengguna.

Dalam unggahan tersebut, pria yang akrab dipanggil Kang Emil tersebut menyarankan pengguna aplikasi Muslim Pro untuk beralih ke aplikasi lain sampai ada kepastian soal perlindungan data pengguna.

"Sementara mari pindah ke apps yang lain, sampai ada kepastian terkait privasi pengguna. Namun apapun itu semua kembali pilihan masing-masing," tulisnya lewat akun @ridwankamil.

Lewat tulisan tersebut, dia juga menyorot bantahan dari aplikasi Muslim Pro yang mengatakan penyalahgunaan ini diduga oleh pihak ketiga.

Kendati demikian, selama hubungan keduanya belum diputus, RK menyatakan kekhawatirannya tentang penyalahgunaan yang masih ada.

"Tugas saya hanya mengingatkan dan memberi perlindungan kepada warga tercinta saya," tulisnya menutup unggahan tersebut. Sebagai informasi, beberapa hari lalu memang sempat ramai laporan yang menyebut aplikasi Muslim Pro diduga menjual data pengguna ke militer Amerika Serikat.

Informasi ini diketahui dari investigasi yang dilakukan majalah online Motherboard. Berdasarkan investigasi itu, militer AS diketahui membeli informasi pribadi para pengguna di seluruh dunia yang dikumpulkan dari aplikasi tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Data Lokasi Pengguna Muslim Pro Dijual ke Militer AS

Mengutip laman Al-Jazeera, Selasa (18/11/2020), aplikasi Muslim Pro telah diunduh setidaknya hingga 100 juta kali.

Berdasarkan investigasi, Komando Operasi Khusus AS memperoleh data lokasi dari beberapa perusahaan. Aplikasi-aplikasi paling populer yang datanya dibeli mulai dari aplikasi salat dan quran Muslim Pro hingga aplikasi kencan untuk umat muslim, Muslim Mingle.

Sekadar informasi, aplikasi Muslim Pro disebutkan melakukan penjualan data ke sejumlah perusahaan, salah satunya adalah X-Mode. Di mana, X-Mode akhirnya menjual data tersebut kepada militer AS dan sejumlah konsumen militer lainnya.

X-Mode, menyebut, mereka telah melacak 25 juta perangkat di AS tiap bulan dan 40 juta perangkat dari seluruh dunia, termasuk Uni Eropa, Amerika Latin, dan Asia Pasifik.

Motherboard yang mengunduh aplikasi kencan Muslim Mingle di Android melihat aplikasi tersebut berulang kali mengirim koordinat geolokasi tiap kali terhubung dengan WiFi, ke X-Mode.

3 dari 3 halaman

Berbagai Aplikasi Lain yang Jual Data

Tidak hanya itu, investigasi juga menemukan aplikasi lain yang mengirimkan data lokasi, termasuk penghitung langkah, bernama Accupedo, aplikasi cuaca Global Stroms, dan CPlus for Craigslist.

Pihak militer AS pun mengkonfirmasi kabar tersebut.

"Akses kami atas software tersebut digunakan untuk mendukung misi Pasukan Operasi Khusus di luar negeri," kata Komandan Angkatan Laut Tim Hawkins.

Ia menyebut, pihaknya sangat mematuhi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi privasi, kebebasan sipil, hak konstitusional, dan hukum warga negara Amerika.

Menurut Senator AS Ron Wyden, X-Mode juga mengakui menjual data yang dikumpulkan ke pelanggan militer AS lainnya.

Mengutip Vice, Muslim Pro telah diunduh lebih dari 98 juta kali. 50 juta kali diunduh oleh perangkat Android dan sisanya di iOS.

Parahnya, berdasarkan investigasi Motherboard melalui wawancara para pengembang aplikasi, mereka tidak sadar ke mana data lokasi milik penggunanya dijual.

Bahkan, ketika pengguna memeriksa kebijakan privasi aplikasi tersebut, pengguna mungkin tidak akan sadar kalau datanya ternyata dijual ke berbagai industri berbeda, termasuk militer.

(Dam/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini