Sukses

Inggris Pakai Teknologi 5G Huawei, AS: Itu Kegilaan

Amerika Serikat (AS) kembali memperingatkan Inggris tentang risiko keamanan menggunakan teknologi Huawei di jaringan 5G.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) kembali memperingatkan Inggris tentang risiko keamanan menggunakan teknologi Huawei di jaringan 5G. Hal ini disampaikan oleh pejabat senior AS kepada menteri Inggris pada Senin (13/1/2020).

Dikutip dari The Guardian, Selasa (14/1/2020), AS mengatakan menggunakan teknologi Huawei di jaringan 5G Inggris akan membahayakan kegiatan berbagi intelijen trans-atlantik. Mereka menyebut memberikan akses kepada perusahaan asal Tiongkok tersebut sebagai sebuah kegilaan.

Ultimatum itu disampaikan delegasi khusus yang dipimpin oleh deputi keamanan nasional Donald Trump, Matt Pottinger. Mereka dilaporkan memperlihatkan bukti tentang risiko keamanan dengan mengandalkan teknologi Huawei di jaringan telepon pada masa depan.

Pernyataan AS tersebut dinilai membuat Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, harus berpikir keras. Ia diperkirakan akan segera membuat keputusan akhir tentang Huawei, setelah berulang kali mendapatkan masukan dari lembaga keamanan Inggris bahwa segala risiko keamanan dapat diatasi.

Menjelang keputusan itu, pimpinan badan intelijen Inggris MI5, Andrew Parker, mengatakan pada akhir pekan lalu, "Tidak ada alasan untuk berpikir" bahwa menggunakan teknologi Huawei dapat mengancam kegiatan berbagi intelijen dengan AS. Pernyataannya itu mengindikasikan persetujuan Inggris untuk Huawei.

Pernyataan Parker ditentang tegas oleh seorang pejabat senior AS, yang merupakan bagian dari delegasi. "Kongres telah memperjelas bahwa akan menginginkan evaluasi pembagian intelijen kami," tutur pejabat tersebut.

Anggota delegasi lain mengatakan, Donald Trump berharap hubungan kedua negara tetap berjalan dengan baik. "Donald Trump mengawasi dengan cermat," katanya.

Sebelumnya, Inggris telah mengindikasikan akan mengizinkan Huawei menyulai teknologi non-inti seperti tiang dan antena ponsel untuk jaringan 5G di masa depan. Namun, hal itu tidak cukup untuk menghilangkan kekhawatiran AS.

Sejumlah sumber sebelumnya mengatakan, para delegasi itu hanya akan bertemu dengan pegawai negeri Inggris. Namun delegasi AS mengungkapkan mereka telah berbicara dengan setidaknya satu menteri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantahan Huawei

Huawei berulang kali membantah tudingan AS. Perusahaan menegaskan tidak menjadi alat pemerintah Tiongkok untuk membuat "back door" di dalam tekologinya.

Selain itu, Huawei bahkan juga menawarkan untuk mendantangani "no spy agreement" dengan negara-negara yang menggunakan teknologinya. Namun, pemerintah AS menegaskan risiko keamanan tetap ada.

Lebih lanjut, delegasi AS mengklaim mata-mata Tiongkok yang bekerja untuk People's Liberation Army (Tentara Pembebasan Rakyat), juga bekerja secara simultan untuk Huawei. Perusahaan juga disebut memainkan peran dalam mendukung kamp muslim Uighur di negara tersebut.

3 dari 3 halaman

Huawei di Inggris

Huawei merupakan satu dari tiga perusahaan yang menyuplai peralatan jaringan untuk Vodavone, BT, dan perusahaan-perusahan lain untuk jaringan 5G. Dua lainnya adalah Ericsson dan Nokia.

Perusahaan telekomunikasi Inggris menilai peralatan Huawei lebih murah dan maju dibandingkan para kompetitornya. Sejumlah pihak meyakini kritikan AS selama ini merupakan upaya Trump untuk melemahkan posisi kuat Tiongkok di pasar karena alasan perdagangan.

Huawei telah menjadi penyuplai untuk Inggris selama 15 tahun terakhir. Komite parlemen Inggris menyimpulkan tidak ada alasan teknis untuk melarang Huawei menyuplai peralatan 5G.

"Pimpinan MI5, Andrew Parker, mengatakan 'tidak punya alasan untuk berpikir' bahwa hubungan berbagi intelijen Inggris dengan AS akan terpukul jika Inggris terus menggunakan teknologi Huawei. Kami yakin pemerintah akan mengambil keputusan berdasarkan bukti, bukan tuduhan yang tidak berdasar," ungkap juru bicara Huawei.

(Din/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini