Sukses

Tiongkok Ancam Kanada jika Tak Bebaskan Putri Pendiri Huawei

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Tiongkok memperingatkan Kanada untuk segera membebaskan putri pendiri Huawei, Meng Wanzhou, jika tidak ingin menghadapi "konsekuensi serius". Tuntutan Tiongkok itu disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Le Yucheng.

Dikutip dari NBC News, Senin (10/12/2018), Le kepada Xinhua News Agency mengatakan telah memperingatkan Kanada tentang pembebasan Wanzhou secepatnya.

Jika tidak, maka Kanada akan menghadapi konsekuensi serius karena dinilai telah melanggar hak-hak Wanzhou, serta melanggar hukum dengan menyebut penangkapannya "tidak masuk akal, tidak pantas, dan kejam".

Tak berhenti di Kanada, Tiongkok juga menekankan pembebasan Wanzhou ke pemerintah Amerika Serikat (AS). Tiongkok telah memanggil Duta Besar AS, Terry Branstad, pada Minggu (9/12/2018), setelah memperingatkan Kanada tentang konsekuensi tersebut.

Yucheng bertemu dengan Branstad untuk mengajukan protes keras terhadap penangkapan Wanzhou. Wanzhou bukan hanya putri pendiri Huawei, tapi juga pimpinan keuangan perusahaan teknologi tersebut.

Yucheng mendesak AS untuk menarik surat penangkapannya, dan memperingatkan Branstad bahwa tindakan lebih lanjut pemerintahnya akan tergantung pada tindakan AS.

Wanzhou saat ini tengah menanti keputusan terkait ekstadisi ke AS setelah ditangkap di Vancouver, British Columbia, Kanada, pada 1 Desember 2018.

Sidang jaminan untuk pembebasan Wanzhou digelar pada Jumat (7/12/2018), dan direncanakan bakal kembali digelar pada hari ini, Senin (10/12/2018). Wanzhou hadir pada sidang Jumat lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Putri Pendiri Huawei Dituduh Lakukan Penipuan

Wanzhou menghadiri sidang pada Jumat (7/12/2018), usai ditangkap di Vancouver, Kanada, pada Sabtu (1/12/2018). Berdasarkan perdebatan di persidangan, Wanzhou disebut telah melakukan penipuan, tapi belum ada keputusan soal ekstradisi ke AS.

Jaksa penuntut, John Gibb-Carsley, menyebut Wanzhou terlibat dalam konspirasi untuk menipu beberapa lembaga keuangan pada 2013. Ketika itu, ia disebut berusaha meyakinkan sejumlah bankir bahwa Huawei dan mantan anak perusahannya di Hong Kong, Skycom, adalah entitas yang sepenuhnya terpisah.

"Meng secara pribadi mengatakan kepada bank-bank itu, Skycom dan Huawei terpisah. Padahal, faktanya mereka tidak terpisah. Skycom saat itu adalah Huawei," ungkap Gibb-Carsley.

Para karyawan Skycom menggunakan alamat e-mail Huawei, dan catatan bank menghubungkan kedua perusahaan.

Skycom dahulu terlibat dalam kesepakatan bisnis dengan negara-negara yang terkena sanksi AS, termasuk dengan perusahaan telekomunikasi Iran. Pelanggaran sanksi ini diduga terjadi antara 2009 dan 2014. 

3 dari 4 halaman

Hindari Bepergian ke AS

Selain itu, jaksa juga menyinggung soal absennya Wanzhou bertandang ke AS, yang sekaligus merupakan tempat putranya bersekolah. Hal ini pun disebut sebagai bukti dirinya menghindari proses penyelidikan.

Menurut laporan The Verge, Gibb-Carsley mengatakan, Wanzhou kerap terbang ke AS karena putranya bersekolah di Boston. Namun, ia tidak lagi pernah ke AS sejak Maret 2017, menyiratkan Wanzhou mulai menghindari bepergian ke AS setelah Huawei diperiksa oleh Departemen Kehakiman setempat.

Sejumlah eksekutif Huawei masih terus mengunjungi AS setelah proses penyelidikan dimulai, dan hal ini kian mengindikasikan bahwa posisi Wanzhou berbeda dengan mereka.

4 dari 4 halaman

Uang Jaminan

Di ruang sidang yang disebut penuh sesak, Gibb-Carsley berpendapat sumber daya keuangan keluarga Wanzhou yang besar memberinya cukup insentif untuk melarikan diri jika diberikan jaminan.

Pengacara Wanzhou, David Martin, mengatakan kekayaan tidak bisa menjadi larangan untuk jaminan. "Seseorang dengan kekayaan luar biasa dapat dibebaskan dari tahanan di negara besar kami," tuturnya.

Martin juga menyebutkan masalah kesehatan Wanzhou, tekanan darah tinggi dan gangguan sleep apnea, sebagai alasan membebaskannya dengan uang jaminan.

Martin pun berusaha memggambarkan Wanzhou sebagai seorang pengusaha wanita sukses dan punya komitmen. Ia pun dinilai berusaha menjaga cita perusahaan yang didirikan ayahnya, Ren Zhengfei.

Ia pun menjamin kliennya tidak akan melanggar perintah pengadilan. "Dia tidak akan mempermalukan Tiongkok," ujar Martin. Saat ini, suami dan putri Wanzhou sedang berada di Vancouver.

Tim kuasa hukum Wanzhou juga menjelaskan Skycom memang dahulu adalah anak perusahaan Huawei, tapi kemudian dilakukan divestasi. Setelahnya, Wanzhou melepas kursi dewan direksi di Skycom.

Mereka juga berpendapat sanksi Iran sangat kompleks dan penjualan peralatan telekomunikasi sipil milik Sycom kemungkinan tidak melanggar aturan apa pun.

Belum ada keputusan dari sidang ini. Sidang lanjutan akan digelar pada Senin (10/12/2018).

(Din/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.