Sukses

Tingkatkan Keamanan, Google Bakal Adopsi Teknologi Sidik Jari di Chrome

Tak hanya mampu mengenali sidik jari, Chrome 70 nanti bisa mengidentifikasi bentuk wajah pengguna, barcode, ataupun informasi teks dalam gambar yang tersebar di internet.

Liputan6.com, Jakarta - Guna meningkatkan keamanan pengguna saat mengakses Chrome di perangkat Android, tim peneliti Google dikabarkan sedang mempersiapkan update besar-besaran.

Dalam usaha mencapai hal tersebut, Google meluncurkan aplikasi Chrome 70 beta untuk sistem operasi (operating system, OS) Android, macOS, Linux, Chrome OS, dan Windows.

Dilansir Phonearena, Minggu (16/9/2018), Chrome 70 beta mengadopsi teknologi sensor sidik jari yang nantinya bakal digunakan untuk mengakses beragam layanan di perangkat.

Tak hanya memiliki kemampuan mengenali sidik jari, Chrome versi Android akan memiliki kemampuan mengidentifikasi bentuk (shape identification).

Google menyebutkan, teknologi itu mengandalkan tiga jenis API (application programming interface) untuk mendeteksi bentuk wajah, barcode, dan teks dalam gambar di dunia maya.

Hal menarik lainnya yang Google lakukan adalah mulai versi Chrome 70, browser tersebut tidak akan lagi menyertakan build number perangkat Android dan iOS.

Google melakukan perubahaan ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi celah keamanan hingga pencurian data pribadi pengguna lewat aplikasi Chrome.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Google Chrome Ulang Tahun

Tampilan baru Google Chrome (Foto: The Next Web)

Informasi, Google Chrome telah berusia 10 tahun sejak dirilis pertama kali pada 2008. Menandai usianya yang ke-10, Google menghadirkan perubahan desain yang lebih penuh dengan estetika sekaligus fungsional.

Saat ini, Google Chrome memiliki tampilan desain agak kotak. Sementara, mengutip laman The Next Web, Kamis (6/9/2018), desain baru yang dihadirkan pada Google Chrome memiliki tampilan sisi agak bulat.

Perubahan desain akan segera menyambangi Google Chrom desktop dan mobile. Ikon situs web pun kini lebih mudah dilihat saat pengguna mengisi tab jendela.

Selain itu, opsi menu dan elemen desain lainnya diatur dan disederhanakan di berbagai versi aplikasi. Laman tersebut menyebutkan, desain baru Chrome ini mulai digulirkan ke pengguna.

Menyoal performa, Google menjelaskan, pihaknya terus memperbaiki waktu muat, latency, hingga masalah penggunaan memori.

3 dari 3 halaman

Chrome Debut pada 2008

Tampilan Google Chrome dengan Material Design (sumber: thenextweb.com)

Google Chrome memulai debutnya pada 2008. Mulanya, Chrome dipasarkan sebagai peramban baru dan memulai debutnya dengan komik web dari Google untuk menandai browser pertama milik perusahaan.

Seperti dikutip The Verge, Senin (3/9/2018), mulanya Chrome diluncurkan sebagai aplikasi beta untuk Windows, baru selanjutnya Chrome hadir di Linux dan MacOS pada 2009.

Chrome memulai debut di saat yang tepat, yakni saat pengembang dan pengguna internet mulai bosan dengan Internet Explorer dan Firefox.

Untuk menghadirkan Chrome, Google menggunakan komponen-komponen render engine WebKit Apple dan Mozilla Firefox. Selanjutnya perusahaan membuat seluruh source code Chrome agar bisa diakses publik sebagai projek Chromium.

Salah satu bagian signifikan saat Chrome pertama kali dirilis adalah ide tentang "sandboxing".

Fitur ini memungkinkan agar satu tab browser Chrome mengalami crash, tidak berdampak pada keseluruhan browser. Selain itu, anticrash ini juga meningkatkan kecepatan dan kestabilan Chrome secara umum.

Kini setelah satu dekade, Chrome mendominasi hampir seluruh pengguna internet. Chrome menguasai 60 persen pangsa pasar di desktop.

(Vivi Hartini/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.