Sukses

Geger, Ada Meteor Meledak di Langit Rusia

Peristiwa alam ini bukan yang pertama kali terjadi di langit Negeri Beruang Merah.

Liputan6.com, Chelyabinsk - Rusia dihebohkan dengan fenomena hujan meteor yang berlangsung belum lama ini.

Tepat pada Minggu (24/6/2018), objek luar angkasa tersebut jatuh ke salah satu kota di Rusia, Chelyabinsk. Yang bikin geger masyarakat setempat, meteor meledak di atmosfer Bumi.

Dilansir CNET pada Selasa (26/6/2018), peristiwa alam ini bukan yang pertama kali terjadi di langit Negeri Beruang Merah.

Sekitar lima tahun lalu, meteor juga sempat menghampiri atmosfer Bumi dan jatuh kota yang sama.

Ledakan meteor ini diabadikan oleh kamera amatir di wilayah Lipetsk, di antara perbatasan Moskow dan Ukraina.

Saat meteor meledak, masyarakat mendegar bunyi dentuman keras. Meteor tersebut bahkan memendarkan cahaya yang sangat terang, serta meninggalkan garis kepulan yang akhirnya menghilang setelah beberapa menit.

Ledakan meteor ini tentu disorot oleh NASA. Badan Antariksa Amerika Serika tersebut langsung mendeteksi potensi ledakan meteor dan menghitung skalanya.

Setelah diestimasi, NASA memperhitungkan kekuatan ledakan berkisar di angka 2,8 kiloton.

Jika dibandingkan dengan ledakan meteor yang terjadi pada 2013, tentu ledakan ini sangat kecil.

Pasalnya, ledakan waktu itu berkisar di angka 440 kiloton. Namun ledakan meteor ini digolongkan ke daftar ledakan paling besar yang ada di sepanjang 2018.

Baik NASA dan pemerintah Rusia sendiri melaporkan tidak ada korban jiwa yang jatuh akibat ledakan tersebut.

Badan Meteor Internasional pun mengimbau masyarakat agar tidak panik karena meteor ini tidak mengancam manusia.

Jika kamu ingin melihat video amatir tersebut, bisa langsung beranjak ke tautan berikut ini.

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kecepatan Meteor

NASA juga menghitung meteor bergerak dalam kecepatan 32.200 mil per jam (sekitar 51.800 kilometer per jam). Meteor meledak dalam jarak 16,7 mil di atas permukaan Bumi.

Ledakan yang dijuluki 'fireball' ini, dianggap NASA sebagai fenomena yang sebetulnya normal terjadi di Bumi.

Mereka juga memberikan sederet peristiwa meteor yang jatuh ke Bumi dan meledak di sepanjang sejarah.

Namun, ledakan yang paling besar selama 30 tahun terakhir terjadi pada 2013. Pada kenyataannya, Rusia mengalami peristiwa ledakan meteor yang lebih besar lagi.

Pada 1908, ledakan meteor yang lebih besar lagi berlangsung di Siberia, tepatnya di dekat sungai Podkamennaya Tungsuka.

Dampak dari ledakan meteor juga sangat besar. Sekitar 200.000 hektar hutan, yang di dalamnya ada 80 juta pohon, langsung rata akibat ledakan ini. Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut juga merasakan dampak dari ledakan meteor tersebut.

3 dari 3 halaman

Meteor Jadi Faktor Terbentuknya Kehidupan di Bumi?

Teori mengenai asal-usul kehidupan di Bumi masih menjadi tanda tanya, mengingat sampai saat ini belum ada satu gagasan utuh yang menjawab pertanyaan cara kehidupan berkembang di planet ini.

Karenanya, tak heran apabila ada sejumlah teori yang berkembang mengenai asal-usul kehidupan di planet Bumi. Salah satunya adalah kemungkinan kehidupan di planet ini ternyata berasal dari luar angkasa.

Dikutip dari Engadget, Kamis (5/10/2017), sekelompok ilmuwan dari McMaster University dan Max Planck Institute for Astronomy baru saja mengemukakan teori yang menyebut kehidupan di Bumi berawal dari meteor. Para peneliti memakai metode kuantitatif dalam riset ini.

Mereka mengambil data tentang Bumi lalu dimasukkan dalam sebuah model matematika yang sudah dibuat sebelumnya. Berdasarkan perhitungan tersebut para peneliti lalu mengambil kesimpulan.

Menurut para peneliti, kehidupan di planet ini berasal dari molekul organik yang terbawa meteorit dan jatuh di permukaan Bumi. Beberapa di antara molekul itu lantas terjatuh di daerah dengan air hangat yang memungkinkan berkembang.

Hasil perhitungan ini turut mendukung teori bahwa polimer RNA terbentuk di kolam air yang hangat. Meteorit sendiri berkontribusi mengirimkan banyak molekul organik yang membuat RNA mereplikasi diri setidaknya dalam satu kolam.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.