Sukses

Salip Prajogo Pangestu, Lim Hariyanto Jadi Orang Terkaya ke-5 di Indonesia

Pengusaha Lim Hariyanto Wijaya Sarwono menjadi orang terkaya ke-5 di Indonesia. Ia menyalip posisi orang terkaya di Indonesia pemilik emiten PT Barito Pacific Tbk Prajogo Pangestu.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha Lim Hariyanto Wijaya Sarwono menjadi orang terkaya ke-5 sekaligus orang kaya tertua di Indonesia. Ini mengingat, ia tengah memasuki usia 94 tahun. 

Lim Hariyanto masuk ke dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes. Melansir Forbes, Sabtu (22/4/2023), total kekayaan yang dimiliki Lim Hariyanto senilai USD 6,4 miliar atau setara dengan Rp 95,61 triliun (asumsi kurs Rp 14.940). 

Alhasil, Lim Hariyanto mampu menyalip kekayaan pemilik emiten PT Barito Pacific Tbk (BRPT), Prajogo Pangestu yang memiliki harta sebesar USD 5,9 miliar.

Lantas, siapakah sosok Lim Hariyanto Wijaya Sarwono dan apa saja bisnis yang digelutinya? Berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber terpercaya.

Awalnya, ayah Lim bermigrasi dari China ke Kalimantan Timur dan kabarnya membuka toko kelontong pada 1915. Kemudian, Lim dan keluarganya memiliki saham mayoritas di produsen minyak sawit yang terdaftar di Singapura, yakni Bumitama Agri yang perkebunannya berlokasi di Indonesia.

Sementara itu, Putranya Lim Gunawan Hariyanto menjabat sebagai CEO Bumitama Agri. Sedangkan, Putrinya Christina menjabat sebagai Presiden Komisaris Harita Kencana Sekuritas.

Bumitama Agri didirikan pada 1996 dan terdaftar di Bursa Efek Singapura (Singapore Exchange) pada 2012, Bumitama Agri Ltd. dan Grupnya telah berkembang menjadi salah satu penanam tandan buah segar (TBS) terkemuka dan produsen minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) di Indonesia.

Bumitama Agri secara konsisten berada di jalur menuju pencapaian hasil panen dan tingkat ekstraksi yang lebih tinggi dengan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, teknologi, dan praktik terbaik dalam pembudidayaan kelapa sawit.  

Upaya ini telah menjadikan perusahaan salah satu produsen paling efisien di industri saat ini, dengan hasil CPO sebesar 4,2 ton per ha pada 2021.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemilik Grup Harita

Di sisi lain, keluarga Lim memiliki Grup Harita, yakni adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang industri sumber daya alam. Bisnis utamanya meliputi perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan smelter. Selain itu, Grup Harita juga memiliki mayoritas perusahaan tambang bauksit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA).

Pada awal pendiriannya 1992, CITA bernama PT Cipta Panel Utama. Kemudian, pada 2002 perusahaan mencatatkan sahamnya di BEI dengan kode saham CITA.

CITA terus berkembang, pada 2005 CITA merambah bidang usaha baru yakni pertambangan bauksit, melalui penyertaan saham pada PT Harita Prima Abadi Mineral.

Sejalan dengan adanya perkembangan bidang usaha pada 2 Mei 2007, CITA mengalami perubahan nama dari PT Cipta Panel Utama Tbk menjadi PT Cita Mineral Investindo Tbk. Sejak resminya perubahan nama perusahaan, CITA dan entitas anak semakin dikenal sebagai salah satu produsen bauksit terbesar di Indonesia.

Kegiatan usaha CITA menurut Anggaran Dasar terakhir adalah pertambangan dan penggalian bijih logam. Kegiatan usaha yang dijalankan adalah pertambangan bauksit dan produsen SGA melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. 

 

 

3 dari 4 halaman

Fasilitas Produksi

Jenis komoditas yang dihasilkan CITA adalah Metallurgical Grade Bauxite (MGB) dan SGA melalui entitas asosiasi. CITA melalui entitas asosiasinya yaitu PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) mulai membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian SGA di Kalimantan Barat pada 2013 untuk meningkatkan nilai tambah dari produk bauksit dalam rangka mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari bauksit.

Fasilitas produksi SGA tersebut beroperasi pada 2016 dan menjadikan CITA sebagai Perusahaan penghasil SGA pertama di Indonesia, melalui entitas asosiasi (WHW).

CITA memiliki saham sebesar 30 persen di WHW, sementara China Hongqiao Group Limited memegang 56 persen, Winning Investment (HK) Company memiliki 9 persen dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co., Ltd memiliki 5 persen saham.

Pada masa yang akan datang CITA akan terus meningkatkan kapasitas produksi tambang bauksit dan SGA sehingga mampu memenuhi visi sebagai produsen bauksit dan alumina terkemuka di Indonesia. 

Selain itu, CITA juga berkomitmen menjalankan bisnis Perusahaan dengan berpegang pada tata kelola yang baik, serta mematuhi peraturan hukum yang berlaku. 

 

 

4 dari 4 halaman

Trimegah Bangun Persada IPO

Dengan demikian, CITA meyakini akan mampu menjadi mitra strategis Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk mineral mampu membukukan pertumbuhan kinerja bisnis pada masa datang, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi seluruh pemegang kepentingan.

Tak hanya CITA, Lim juga membawa anak usahanya bernama PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel melantai di BEI. Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-31 di BEI pada 2023.

Perseroan mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik (termasuk Employee Stock Allocation) 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham. Lalu, emiten dengan kode saham NCKL akan mencatatkan saham sejumlah 63.098.600.000 atau 63,09 miliar saham.

Adapun, harga penawaran saham Rp 1.250 per saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada meraup dana segar Rp 9,99 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.