Sukses

BEI Targetkan Single Stock Future Meluncur pada Semester I 2023

Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap peluncuran produk single stock future segera rilis pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal luncurkan produk derivatif berupa single stock future atau kontrak berjangka pada semester I 2023.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, pihaknya menargetkan peluncuran single stock future pada semester I 2023.

"Itu nanti akan kita update ya, prosesnya sedang berjalan akan kita update segera, kita harapkan semester I ini, semoga bisa lebih cepat ya," kata Jefrrey kepada awak media saat ditemui di Main Hall BEI, Rabu (25/1/2023).

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan produk derivatif berupa single stock future atau kontrak berjangka pada 2023.

Direktur Utama BEI, Imam Rachman mengatakan, penerbitan ini merujuk pada pertumbuhan investasi pada produk derivatif yang relatif masih rendah.

"Ada single stock futures yang akan kami luncurkan kuartal I tahun depan," kata Imam Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 29 Desember 2022.

Di sisi lain, produk ini dapat menjadi alternatif investasi di pasar modal. Berdasarkan definisi, kontrak berjangka (futures) adalah salah satu produk derivatif berbentuk kontrak yang mewajibkan para pihak untuk membeli atau menjual sejumlah underlying asset tertentu pada harga tertentu dan dalam waktu tertentu di masa yang akan datang.

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets atau komoditas yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli.

Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market. Selain itu, BEI juga akan melanjutkan pengembangan Exchange Traded Funds (ETF) serta peluncuran indeks-indeks baru terutama yang berbasis syariah dan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

"Kami harap akan muncul indeks-indeks baru, terutama indeks yang terkait ESG (Environmental, Social, and Governance) dan juga indeks yang berbasis Exchange Traded Funds (ETF),” imbuh Iman.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terkait Bursa Karbon, BEI Belajar dari Malaysia hingga Uni Eropa

Sebelumnya, bursa karbon atau carbon trading Indonesia ditargetkan meluncur pada 2024. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengatakan, saat ini Bursa bersama pemangku kepentingan lain intens berkoordinasi untuk memastikan target bursa karbon untuk beroperasi pada 2024 bisa tercapai.

"Untuk persiapan bursa karbon sampai saat ini BEI terus berkoordinasi dengan OJK dan lembaga serta kementerian terkait. Kajian dan studi banding juga kita lakukan ke bursa karbon yang sudah ada baik di kawasan Asia maupun Eropa,” kata Jeffrey kepada wartawan, Senin (16/1/2023).

Rencananya, implementasi perdagangan karbon akan mengacu pada sistem perdagangan karbon beberapa negara lain yang saat ini sudah berlaku. Sementara untuk pengawasan perdagangan bursa karbon di pasar modal akan dilakukan oleh OJK dengan koordinasi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Walaupun tidak kita kunjungi secara langsung, kita mempelajari bursa karbon di Korea, Inggris, Uni Eropa, juga Malaysia,” sebut Jeffrey.

Dia menambahkan, timeline persiapan bursa karbon akan disesuaikan sesuai hasil koordinasi dengan OJK dan kementerian terkait.

Selain KLHK dan OJK, Jeffrey mengatakan perdagangan karbon juga melibatkan Kementerian lain seperti Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Koordinasi bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).

 

3 dari 3 halaman

Bertemu Jokowi, BEI Bahas Kinerja Pasar Modal hingga Bursa Karbon

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), asosiasi di sektor keuangan dan direksi Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama BEI Iman Rachman memaparkan sejumlah kinerja pasar modal  pada 2022 dan bursa karbon.

Iman telah melaporkan terkait kinerja BEI pada 2022 antara lain pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 4 persen dan rata-rata transaksi harian Rp 15 triliun.  Selain itu, jumlah investor yang mencapai lebih 10,3 juta investor.

“Kami juga sampaikan kepada bapak Presiden, penambahan emiten, berjumlah 833 emiten. Kami berharap mungkin perlu dukungan terkait banyak perusahaan-perusahaan dan emiten tercatat di pasar modal Indonesia sehingga tercipta pemerataan bagi para pemegang saham khususnya bagi investor domestik baik ritel dan institusi,” ia menambahkan, Senin (16/1/2023).

Selain itu terkait Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) dalam hal ini berhubungan dengan BEI yaitu bursa karbon. Iman apresiasi P2SK sebagai bentuk pendalaman pasar ke depan dan perluasan perdagangan BEI. Hal ini seiring tidak hanya perdagangan saham tetapi juga karbon ke depan.

Hal senada disampaikan Ketua DK OJK Mahendra Siregar, ia menuturkan, pada 2022 terjadi pertumbuhan tinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), salah satu tertinggi di Asia dan ASEAN.

Namun, dalam pembukaan 2023, ia mengaku ada hal yang harus dicermati sehingga dilakukan langkah penguatan untuk meningkatkan kepercayaan investor. “Termasuk juga meningkatkan lebih baik lagi governance dan integritas seluruh aktivitas selain tadi dalam rangka siapkan diri diterapkan (bursa-red) karbon dalam waktu kami harapkan tidak lama lagi,”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.