Sukses

Laba DCII Naik 42,76 Persen pada 2021

Pendapatan DCI Indonesia (DCII) hingga akhir 2021 tercatat Rp 871,24 miliar. Naik 17,73 persen dari tahun sebelumnya Rp 759,34 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengumumkan laporan keuangan yang tumbuh positif sepanjang 2021. Pada periode itu, perseroan mencatatkan laba yang naik 42,76 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Merujuk laporan keuangan DCII dalam keterbukaan informasi Bursa Efek indonesia (BEI), Selasa (1/3/2022), pendapatan DCI Indonesia hingga akhir 2021 tercatat Rp 871,24 miliar. Naik 17,73 persen dari tahun sebelumnya Rp 759,34 miliar. Raihan tersbeut ditopang oleh pendapatan dari colocation sebesar Rp 828 miliar.

Sementara sisanya Rp 43,23 miliar merupakan pendapatan lain-lain. Sejalan dengan itu, laba pokok pendapatan juga naik menjadi Rp 395,24 miliar, dari Rp 389,3 miliar pada 2020. Sehingga diperoleh laba bruto sebesar Rp 476 miliar.

Setelah dikurangi beban usaha dan pajak penghasilan, perseroan berhasil mengukuhkan laba tahun berjalan sebesar Rp 261,45 miliar. Naik 4,76 persen dibanding akhir 2020 sebesar Rp 183,14 miliar. Sementara laba per saham dasar tercatat naik menjadi Rp 110 per lembar dari Rp 90 per lembar pada akhir Desember 2020.

Dari sisi aset perseroan hingga akhir Desember 2021 tercatat sebesar Rp 2,99 triliun, naik dari posisi akhir Desember 2020 sebesar Rp 2,44 triliun. Rincinanya, terdiri dari aset lancar Rp 297,3 miliar dan Rp 2,7 triliun merupakan aset tidak lancar.

Liabilitas DCI Indonesia sepanjang 2021 tercatat sebesar Rp 1,78 triliun, naik dari Rp 1,71 triliun di akhir Desember 2020. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 465,7 miliar dan sisanya Rp 1,31 merupakan liabilitas jangka panjang.

Sementara ekuitas perseroan hingga Desember 2021 tercatat naik dari Rp 719,91 miliar di 2020 menjadi Rp 1,21 di akhir 2021.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Presiden Komisaris Marina Budiman Masuk Jajaran Asia's Power Businesswoman

Sebelumnya, Forbes mengumumkan daftar Asia’s Power Businesswomen 2021, yang terdapat 20 pemimpin bisnis perempuan di kawasan Asia Pasifik dalam jajaran tersebut.

Editor Asia’s Power Businesswomen 2021, Rana Wehbe Watson menuturkan, pelaku bisnis di Asia Pasifik terutama perempuan terus mendobrak hambatan dan memperluas bisnisnya meski hadapi pandemi COVID-19.

Dalam daftar Asia’s Power Businesswomen tersebut ada 20 pebisnis yang berhasil beradaptasi dan berkembang di industri termasuk teknologi, perawatan kesehatan, perbankan dan manufaktur. "Mereka memimpin saat dunia berjuang dengan realitas pasca COVID-19," ujar dia dikutip dari laman Forbes, Selasa, 2 November 2021.

Semua pengusaha wanita yang disorot pada 2021 adalah pendatang baru dalam daftar tersebut yang makin memperluas jaringan bisnis terkemuka di Asia. Pebisnis perempuan tersebut dipilih karena prestasi dalam mengelola bisnis dengan pendapatan atau valuasi startup lebih dari USD 100 juta.

Di antara 20 perempuan tersebut, ada dua dari Indonesia. Salah satunya menjabat sebagai Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yaitu Marina Budiman.

Ia salah satu pendiri dan presiden Komisaris DCI Indonesia, operator pusat data terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen. DCI Indonesia juga merupakan pusat data tingkat IV pertama di Asia Tenggara, peringkat industri tertinggi untuk keandalan dan ketahanan.

Dengan nilai sekitar USD 7 miliar atau sekitar Rp 99,82 triliun (asumsi kurs Rp 14.260 per dolar AS), DCI Indonesia kini menjadi salah satu perusahaan publik paling berharga di Indonesia.

Mengutip Forbes, hal yang membuat investor terkesan bagaimana pun kenaikan sekitar 11.000 persen saham DCII sejak pencatatan saham perdana pada Januari 2021. Forbes menyebutkan, pengusaha Anthoni Salim juga meningkatkan kepemilikan saham di DCII pada Mei 2021 menjadi 11 persen dari 3 persen.

"Anda tidak akan pernah bosan dengan sektor teknologi," ujar Marina.

Ia menuturkan, perubahan menjadi konstan, inovasi menjadi lebih cepat dan makin cepat.

Perempuan berusia 60 tahun ini awalnya ingin menjadi bankir. Ia mendapatkan gelar sarjana di bidang keuangan dan ekonomi dari University of Toronto dan mendapatkan pekerjana di Bank Bali. Selama di sana, ia mengambil bagian dalam proyek bank untuk install perangkat lunak pada 1985.

“Itu adalah pertama kalinya saya mengetahui bagaimana teknologi membantu bisnis,” ujar dia.

Selanjutnya ia pun beralih ke sektor teknologi. Ia mendirikan DCI Indonesia pada 2011 bersama enam orang lainnya.

Seiring ledakan digital di Indonesia, perseroan membukukan kenaikan pendapatan 81 persen dan laba 57 persen selama tiga tahun terakhir.

Daftar pelanggan unggulannya mencakup 44 perusahaan telekomunikasi, 134 perusahaan keuangan dan sejumlah perusahaan e-commerce terbesar di Asia. Saham Budiman di DCI Indonesia (DCII) bernilai lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,26 triliun.