Sukses

Adaro Energy Bersiap Bentuk Pilar Bisnis Baru Melalui Green Initiative

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir menuturkan, perseroan harus diversifikasi ke arah green atau lebih bersih dan ramah lingkungan

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyatakan siap untuk diversifikasi usaha terutama membentuk lagi pilar bisnis baru yang fokus menjalani bisnis energi bersih atau ramah lingkungan.

Perseroan sebelumnya telah melakukan diversifikasi bisnis lewat delapan pilar bisnis antara lain Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistic, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro Foundation.

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir menuturkan, perseroan harus diversifikasi ke arah green energy atau energi lebih bersih dan ramah lingkungan. Langkah yang dilakukan perseroan dengan membentuk inisiatif melalui Green Initiative.

"Adaro pun harus reformasi diversifikasi ke arah green, harus lebih green, lebih men-support climate change. Kita juga lagi terus membentuk pilar ke sembilan kita apa yang disebutkan Adaro Green Initiative," ujar dia kepada wartawan, Senin (19/4/2021).

Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini menuturkan, pihaknya berinisiatif untuk membentuk Green Initiative dengan diversifikasi usaha seperti masuk ke biomass.

"Salah satu kita lihat biomass. Potensi biomass besar sekali.Buyer di Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia melalui PLN juga sudah mulai kombinasi batu bara dan biomass secara karbon emisi akan lebih baik. Biomass yang masih sejalan dan market hampir sama, dan akan masuk ke biomass,” ujar dia.

Selain berminat kembangkan solar panel, perseroan juga berminat kembangkan hydrogen.  Hal itu dilakukan meski belum ada research and development (R&D).

"Belum ada R&D, begitu ada kesempatan, bagusnya Adaro masuk. Karena kombinasi kami sebagai pemilik representasikan inisiatif Adaro Green dari kami pemegang saham,” ujar dia.

Boy melihat kendaraan ramah lingkungan itu justru diawali oleh Toyota dan Hyundai melalui hydrogen.

“EV dimotori oleh Tesla. Lebih awal dimotori Toyota, Hyundai itu namanya hydrogen. Kesempatan untuk Adaro lihat juga hydrogen, karena memang kalau teman-teman lihat, dapat masukan langsung penentu kebijakan Jepang, Singapura, Korea, Taiwan, tidak perlu canggih-canggih, karena EV ujung-ujungnya mesti discharge," ujar dia.

Boy menuturkan, Jepang tidak memiliki sumber daya alam sehingga berupaya mengembangkan hydrogen.

"Listrik dari mana karena Jepang tidak punya sumber daya alam, listriknya balik lagi ke gas, LNG, tetap. Tidak green, tidak pure, makanya mereka ngotot kembangkan hydrogen, kesempatan untuk Adaro,"ia menambahkan.

Boy menuturkan, Adaro Energy juga akan mengembangkan hilirisasi batu bara dengan mengubah menjadi hydrogen. Perseroan juga terus membahas kerja sama dengan Pertamina soal dimethyl ether (DME).

“Kita explore terus,kita juga masih bahas kerja sama kita dengan Pertamina soal DME. Kita eksplor terus, karena kita juga harus melakukan hilirisasi. COVID ini terbanyak juga yang bisa kita lakukan untuk hilirisasi. Batu bara bisa juga jadi hydrogen,” tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rencana Masuk Green Initiative

Saat ditanya mengenai mekanisme pengembangan green initiative tersebut, Boy menuturkan, hal itu dapat dilakukan melalui organik dan unorganik. Namun, ia menegaskan, perseroan serius untuk masuk bisnis energi lebih ramah lingkungan tersebut.

"Apakah organik atau unorganik, dua-duanya utama. Juga tidak tutup kemungkinan unorganik, take over atau kerja sama dengan grup lain, membangun dari awal, tiga-tiganya dilakukan. Ini visi kita ke depan, melakukan sesuatu pasti serius, tidak mau tanggung dan kecil. Size besar, dan ini menjadi pilar kesembilan Adaro,” ujar dia.

Meski inisiatif kembangkan green initiative, Boy mengatakan, perseroan tidak meninggalkan bisnis batu bara. Bisnis batu bara masih menjadi pilar utama perseroan.

Boy menuturkan, bisnis batu bara masih menjanjikan dalam 10 tahun ke depan. Apalagi kalau kondisi ekonomi pulih sehingga akan meningkatkan konsumsi listrik. Hal itu akan mendorong permintaan batu bara.

"Adaro membentuk pilar kesembilan dalam bentuk green initiative tak semena-mena akan tinggalkan semua bisnis batu bara,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.