Sukses

Kisah Bernard Madoff, Dalang Penipuan Investasi Terbesar Sepanjang Sejarah

Bernard Madoff meninggal dalam usia 82 tahun di penjara federal saat menjalani hukuman penjara 150 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Bernard Madoff yang dihukum karena menjalankan skema ponzi terbesar dalam sejarah meninggal dunia pada Rabu, (14/4/2021).

Bernard Madoff meninggal  dalam usia 82 tahun di penjara federal saat menjalani hukuman penjara 150 tahun. Hal itu seperti disampaikan Biro Penjara Amerika Serikat (AS).

Madoff menderita gagal ginjal kronis dan beberapa penyakit medis lainnya. Ia ditahan di penjara federal di Butner, North Caroline setelah mendapatkan hukuman 150 tahun penjara pada Juni 2009.

Pria dengan dua anak ini mendapatkan hukuman karena rekayasa penipuan dengan skema ponzi yang diperkirakan mencapai USD 64,8 miliar atau sekitar Rp 946,47 triliun (asumsi kurs Rp 14.606 per dolar AS).

Skema ponzi ini dilakukan dengan mengambil uang investasi dari seorang investor lalu diberikan ke investor lain. Ia juga mencuri dana milik investor. Ribuan korban Madoff, besar dan kecil termasuk individu, badan amal, dana pensiun dan hedge funds.

Di antara korbannya ada aktor Kevin Bacon, Kyra Sedgwick dan John Malkovich, dan badan amal yang terkait dengan sutradara Steven Spielberg.

"Kami mengira dia adalah Tuhan. Kami mempercayai semua yang ada di tangannya,” ujar pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Elie Wiesel, yang yayasannya kehilangan USD 15,2 juta pada 2009, dilansir dari Channel News Asia, ditulis Kamis, (15/4/2021).

Kejahatan Bernard Madoff diungkapkan kepada pihak berwenang oleh dua putranya Mark dan Andrew pada 2008. Dua putra Madoff bukan dari bagian skema tersebut.

Penipuan itu juga mengungkap lubang yang ada di the US Securites and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa AS karena lalai dan tidak mampu dalam melakukan pemeriksaan.

"Ada beberapa kali saya bertemu dengan SEC dan berpikir, mereka menangkap saya,” tutur dia, menurut ABC News.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memakai Skema Ponzi

Madoff pernah berkarier di Nasdaq, dan menjabat sebagai ketua non-eksekutif. Perusahan brokernya terletak di Menara Midtown Manhattan. Karyawan di sana mengatakan, kalau mereka merasa seperti bagian dari keluarga Madoff. Mereka tidak tahu kalau Madoff menjalankan penipuan dengan ponzi.

Skema ponzi ini memiliki tipe kalau uang dari investor baru digunakan untuk membayar jumlah yang terhutang kepada investor sebelumnya.

Madoff menuturkan, kalau penipuannya dimulai pada awal 1990-an. Akan tetapi, jaksa dan banyak korban percaya itu dimulai lebih awal. Para investor terpesona oleh keuntungan tahunan dua digit yang mantap yang tampaknya dihasilkan Madoff. Orang lain menilai itu mustahil untuk ditiru dan dijelaskan.

Uang tersebut membantu Madoff dan istrinya Ruth menikmati kemewahan seperti penthouse Manhatta, vila Prancis, mobil dan kapal pesiar mahal dengan total kekayaan sekitar USD 825 juta.

Akan tetapi, tak seorang pun keluarga dekat Madoff yang berada di ruang sidang Manhattan ketika Hakim Distrik Denny Chin menghukumnya.

Selain itu, tidak ada keluarga, teman, atau pendukung yang mengirimkan surat yang membuktikan karakter baik dan perbuatannya untuk mendukung keringanan hukuman.

“Saya percaya ketika saya memulai masalah ini, kejahatan ini, bahwa itu akan menjadi sesuatu yang dapat saya selesaikan, tetapi itu menjadi tidak mungkin,” ujar dia.

"Sekeras yang aku coba, semakin dalam aku menggali diriku sendiri ke dalam lubang. Maafkan saya. Saya tahu itu tidak membantu Anda,” kata dia.

 

3 dari 4 halaman

Profil Madoff

Pria bernama lengkap Bernard Lawrence Madoff ini lahir pada 29 April 1938 di Queens, New York City. Ia dibesarkan di sana sebagai putra imigran Eropa.

Madoff lulus dari Universitas Hofstra pada 1960 dan menghadiri sekolah hukum Brooklyn sebelum berhenti. Pada tahun yang sama ia memulai Bernard L.Madoff Investment Securities dengan menggunakan tabungannya sebesar USD 500 dan ruang kantor yang dipinjam dari ayah mertuanya.

Madoff memulai dari yang kecil, menjual saham penny di pasar over the counter. Pada awal 1970, ia menjadi salah satu dari lima pialang dalam sistem perdagangan Nasdaq.

Madoff menganjurkan persaingan pasar lebih besar, pada saat Bursa Efek New York masih mendominasi perdagangan, dan menjadi kekuatan awal di perdagangan elektronik.

Madoff tampak sukses, dan pelanggan senang. Namun, hal itu tidak nyata.

4 dari 4 halaman

Tuntutan Jaksa

Jaksa penuntut mengatakan Madoff dan stafnya mengirim konfirmasi palsu kepada klien untuk perdagangan yang tidak pernah dia lakukan, dan pernyataan akun palsu untuk mendokumentasikan keuntungan yang tidak pernah dia hasilkan.

Madoff mengaku kadang-kadang masuk ke rekeningnya di JPMorgan Chase untuk membayar pelanggan yang menginginkan uang mereka kembali.

Kecurigaan mulai muncul pada awal 1990-an, ketika nama Madoff muncul dalam penyelidikan SEC dari sebuah kantor akuntan Florida yang sekarang sudah tidak beroperasi, Avellino & Bienes.

Pada 2001, artikel Barron mencatat skeptisisme di Wall Street tentang Madoff, termasuk dia mungkin menggunakan operasi pembuatan pasarnya untuk "memperlancar" keuntungan bagi investor.

Madoff keberatan. "Itu adalah strategi kepemilikan. Saya tidak bisa membahasnya secara mendetail," ujar dia, sambil menolak teori Barron sebagai hal yang konyol.

Lebih banyak pertanyaan muncul ketika whistleblower, analis keuangan Harry Markopolos, mulai menekan SEC untuk menghentikan Madoff.

Dari 1992 hingga 2008, SEC menerima enam keluhan yang menaikkan "tanda bahaya yang signifikan" tentang Madoff.  "Dan apakah dia memperdagangkan sesuatu, tetapi tidak pernah mengambil langkah dasar untuk mencari tahu apa yang dia lakukan, kata inspektur jenderal David Kotz kemudian.

Semua runtuh pada musim gugur 2008, ketika krisis keuangan global melanda dan banyak investor menuntut untuk menguangkan.  Madoff tidak dapat memenuhi permintaan penebusan senilai USD 7 miliar atau sekitar Rp 102,28 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.