Sukses

Menanti Data Ekonomi China, Bursa Asia Menguat

Bursa saham Asia menguat didorong bursa saham Amerika Serikat pada pekan lalu dan menanti data produk domestik bruto (PDB) China.

Liputan6.com,Singapura - Bursa saham Asia menguat pada awal pekan ini seiring pelaku pasar menanti rilis data produk domestik bruto atau PDB China pada kuartal II 2017. Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir pekan lalu berimbas ke bursa Asia.

Pada perdagangan saham Senin (17/7/2017), indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen. Sedangkan indeks saham Australia turun 0,1 persen.

Rilis data ekonomi China menjadi perhatian pelaku pasar. Ekonom mengharapkan ekonomi China tumbuh 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan melambat dari kuartal sebelumnya 6,9 persen.

Bila ekonomi China naik secara mengejutkan berdampak dongkrak saham dan harga komoditas secara global. Sebaliknya jika data ekonomi China melemah berdampak ke yuan. Sepanjang tahun ini, yuan sudah naik dua persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain itu, bursa saham AS menguat pada akhir pekan berimbas positif ke bursa saham Asia. Penguatan bursa AS didorong terjadi usai harga konsumen tidak berubah pada Juni dan data penjualan ritel turun.

Sementara itu, berdasarkan survei, peluang suku bunga bank sentral AS naik pada Desember turun menjadi 43,1 persen usai data ekonomi keluar. Dari pasar uang, indeks dolar AS berada di level terendah dalam 10 bulan. Indeks dolar AS berada di posisi 95,10.

"Rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu mendorong aksi jual dolar AS," ujar Stephen Innes, Senior Trader OANDA, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin pekan ini.

Ia menambahkan, kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik kurang dari 50 persen membuat pelaku pasar sudah mengantisipasi. Selain itu, tidak ada pernyataan pejabat bank sentral AS sebelum 26 Juli. "Dolar AS dapat bergejolak," kata dia.

Dolar AS cenderung stabil terhadap yen. Tercatat dolar AS berada di kisaran 112,45 terhadap yen usai turun 0,7 persen pada pekan lalu. Pelemahan dolar AS mendorong penguatan dolar Australia dan dolar Kanada. Sedangkan euro bergerak di kisaran US$ 1,1474.

Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat naik 0,1 persen ke level US$ 46,61 pada awal perdagangan. Harga minyak Brent mendaki 0,15 persen ke level US$ 49. Harga emas berada di kisaran US$ 1.230,70 per ounce.

 

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.