Sukses

Bursa Saham Asia Melemah Tersengat Wall Street

Laporan data tenaga kerja Amerika Serikat gagal memberikan pandangan jelas tentang kenaikan suku bunga AS sehingga berdampak ke bursa saham.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah di awal pekan ini seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan pada akhir pekan lalu. Hal itu lantaran laporan data tenaga kerja AS gagal memberikan pandangan jelas tentang kenaikan suku bunga bank sentral AS/The Federal Reserves. Pelaku pasar juga mengantisipasi pembukaan bursa saham China.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang turun 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,7 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi dan indeks saham Australia melemah 0,1 persen.

Sebelumnya dua sesi terakhir perdagangan saham di kawasan Asia telah terhindari dari volatilitas bursa saham China. Bursa saham China tutup pada Kamis dan Jumat untuk memperingati Beijing merayakan 70 tahun sejak Perang Dunia II berakhir.

Pada akhir pekan lalu, indeks saham acuan AS turun lebih dari 1 persen setelah laporan pekerjaan Agustus tidak sedikit untuk memadamkan ketidakpastian investor tentang apakah bank sentral AS akan menahan suku bunga pada bulan ini.

Seperti diketahui, data tenaga kerja non pertanian naik 173 ribu pada Agustus, dan ini lebih sedikit dari harapan ekonomi di kisaran 220 ribu. Namun tingkat pengangguran turun menjadi 5,1 persen.

Sebelumnya harapan bank sentral AS mulai menaikkan suku bunga pada September 2015 mulai sedikit terkikis lantaran pasar global yang bergejolak dan ekonomi China melambat.

Di awal pekan, dolar AS melemah terhadap yen dan euro di tengah ketidakpastian bursa saham global. Dolar sedikit berubah menjadi 119,13 per yen setelah meluncur ke level terendah dalam sembilan hari di kisaran 118,60 per yen.

Mark Chandler, Kepala Riset Brown Brothers Harriman menuturkan, dolar dapat kembali sentuh level 118 per yen. "Dengan bursa saham tertekan sebelum akhir pekan, dan prospek volatilitas bursa saham China mungkin dapat mendorong dolar AS rentan melemah," ujar Chandler, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (7/9/2015).

Ia mengatakan, kekhawatiran ini juga mungkin lebih besar dari pada prospek kelonggaran tambahan dari bank sentral Jepang. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini