Sukses

Polisi Bongkar Makam IRT di Makassar, Ungkap Misteri Penyebab Kematian

Kematian IRT bernama Irma menyisakan misteri. Korban diduga kuat meninggal secara tidak wajar.

OlehFauzan
Diterbitkan 08 Oktober 2025, 17:14 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Jakarta Suasana sunyi di pemakaman Panampu, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mendadak tegang ketika tim forensik Polrestabes Makassar melakukan ekshumasi terhadap makam seorang ibu rumah tangga bernama Irna (36).

Awalnya ia dikira meninggal karena sakit, namun keluarga mencurigai Irna menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Devi Sujana, menjelaskan bahwa laporan polisi dibuat oleh ibu kandung Irna, Minggu (28/9/2025), dua hari setelah korban dimakamkan pada Jumat (27/9/2025). Laporan tersebut dilayangkan karena pihak keluarga yakin Irna meninggal bukan akibat sakit, melainkan dianiaya oleh suaminya, Aming.

"Kami melaksanakan ekshumasi terhadap jenazah almarhumah Ibu Irna, seorang ibu rumah tangga, berdasarkan laporan dugaan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia," kata Devi Sujana, Rabu (8/10/2025).

Setelah menerima laporan, penyidik Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Makassar segera melakukan pendalaman. Saksi-saksi pun diperiksa, termasuk ketiga anak kandung Irna dan Aming, yakni AD (16), AL (12), dan FT (8). Dari hasil pemeriksaan, polisi menduga kuat Irna meninggal akibat tindak pidana KDRT.

"Keterangan sementara dari saksi, termasuk anak korban, mengarah pada dugaan bahwa pelaku penganiayaan adalah suaminya sendiri, saudara Aming," ungkapnya.

2 dari 3 halaman

Kronologi Saat Irna Meregang Nyawa

Devi menjelaskan, pada Senin (22/9/2025) sekitar pukul 06.30 WITA, korban terlihat terjatuh dan mengalami kejang-kejang di rumahnya usai menjemur pakaian. Anaknya yang berada di dalam rumah kemudian berteriak memanggil sang ayah, Aming, yang saat itu sedang duduk di bawah rumah panggung bersama anak sulungnya dan beberapa teman.

"Melihat korban tergeletak, suami dan anak-anak korban sempat mengangkat korban ke tempat tidur, dan peristiwa itu sempat terekam video oleh warga sekitar," ujarnya.

Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Laut sebelum akhirnya dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo. Namun, meski sempat mendapatkan perawatan intensif, Irna meninggal dunia pada Jumat (27/9/2025) sekitar pukul 05.00 WITA.

"Setelah pemakaman, keluarga korban merasa janggal dan melaporkan dugaan kekerasan yang dialami korban kepada pihak kepolisian," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Indikasi KDRT

Dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan adanya indikasi luka dan riwayat kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini juga diperkuat dengan pengakuan anak-anak korban yang menyebut ayah mereka sering bertengkar dan melakukan kekerasan fisik terhadap ibunya.

Devi menyampaikan, pihaknya telah mengamankan rekam medis dari RS Wahidin serta sejumlah barang bukti lain untuk memperkuat proses penyelidikan.

"Kami sudah memiliki alat bukti berupa keterangan saksi dan hasil rekam medis. Ekshumasi ini dilakukan untuk menguatkan bukti forensik sesuai permintaan keluarga," terangnya.

Menurut Devi, hasil autopsi tidak dapat diumumkan dalam waktu dekat. Tim forensik membutuhkan waktu setidaknya satu bulan untuk merampungkan hasil pemeriksaan.

"Tim forensik menyampaikan bahwa hasil autopsi memerlukan waktu sekitar satu bulan. Kami akan berkoordinasi lebih lanjut dengan dokter forensik untuk mengetahui hasil resminya," ujarnya.

Polisi juga masih mendalami kemungkinan adanya motif ekonomi. Dari informasi sementara, Aming kerap meminta uang kepada istrinya sebelum peristiwa tragis itu terjadi.

"Tentu hal ini masih kami dalami, termasuk motif-motif lain yang mungkin berkaitan," pungkas Devi.

EnamPlus