Sukses

Riset University of Michigan, Pengidap Bipolar Berisiko 4 Kali Lebih Tinggi Alami Kematian Dini Ketimbang Perokok Aktif

Dalam penelitian itu disebutkan, dalam dua kelompok berbeda, orang-orang dengan gangguan bipolar empat hingga enam kali lebih mungkin mengalami kematian dini dibandingkan orang-orang tanpa gangguan bipolar.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pengidap gangguan bipolar memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi seorang perokok aktif. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan University of Michigan.

Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Psychiatry Research dengan judul Comparative Mortality Risks in Two Independent Bipolar Cohorts pada 2023.

Dalam penelitian itu disebutkan, dalam dua kelompok berbeda, orang-orang dengan gangguan bipolar empat hingga enam kali lebih mungkin mengalami kematian dini dibandingkan orang-orang tanpa gangguan bipolar.

Sebaliknya, orang yang pernah merokok dua kali lebih mungkin meninggal sebelum waktunya dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, baik mereka mengidap gangguan bipolar atau tidak.

"Gangguan bipolar telah lama dipandang sebagai faktor risiko kematian, namun tetap selalu dilihat dari penyebab umum kematian lainnya. Kami ingin membandingkannya dengan kondisi dan perilaku gaya hidup yang juga terkait dengan tingkat kematian dini yang lebih tinggi," tulis Anastasia Yocum, Ph.D., sebagai penulis utama dalam penelitian itu.

Penelitian itu memulai risetnya dengan mengamati kematian dan faktor-faktor terkait di antara 1.128 orang yang menjadi sukarelawan dengan dan tanpa gangguan bipolar. Mereka bersedia untuk studi jangka panjang program penelitian yang dimulai sejak 2006 tersebut.

Hasilnya, terdapat temuan sebanyak dua dari 56 kematian berasal dari kelompok 847 orang dalam penelitian yang menderita gangguan bipolar.

Dengan penyesuaian statistik, hasil analisis menunjukkan bahwa diagnosis gangguan bipolar membuat seseorang enam kali lebih mungkin meninggal dalam periode 10 tahun dibandingkan orang yang ikut serta dalam penelitian yang sama namun tidak menderita gangguan bipolar.

Sebagai perbandingan, peserta penelitian yang pernah merokok atau berusia di atas 60 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu yang sama dibandingkan orang yang tidak pernah merokok atau berusia di bawah 60 tahun, terlepas apakah mengidap bipolar atau tidak.

Selanjutnya para peneliti melakukan analisis catatan pasien anonim selama bertahun-tahun dari lebih dari 18.000 orang yang mendapatkan perawatan primer melalui Michigan Medicine.

Di antara kelompok ini, orang dengan gangguan bipolar empat kali lebih mungkin meninggal selama masa penelitian dibandingkan mereka yang tidak memiliki catatan gangguan bipolar.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua Kali Kemungkinan

Mereka mempelajari catatan lebih dari 10.700 orang dengan gangguan bipolar dan kelompok pembanding yang terdiri lebih dari 7.800 orang tanpa gangguan kejiwaan.

Satu-satunya faktor yang dikaitkan dengan kemungkinan kematian yang lebih tinggi pada kelompok ini adalah tekanan darah tinggi. Mereka yang menderita hipertensi lima kali lebih mungkin meninggal dibandingkan mereka yang memiliki tekanan darah normal, lagi-lagi apakah mereka menderita gangguan bipolar atau tidak.

Sebaliknya, perokok dua kali lebih mungkin meninggal dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok dalam sampel ini, dan mereka yang berusia di atas 60 tahun tiga kali lebih mungkin meninggal, keduanya tanpa memandang status bipolar.

“Yang sangat mengejutkan kami, pada kedua sampel kami menemukan bahwa memiliki gangguan bipolar memiliki risiko kematian dini yang jauh lebih besar dibandingkan merokok,” ujar McInnis, seorang profesor psikiatri di UM Medical School.

Dia berharap temuan ini akan mendorong lebih banyak tindakan di komunitas medis dan kesehatan masyarakat untuk mengatasi banyak faktor yang berkontribusi terhadap risiko kematian ekstra tinggi pada orang dengan gangguan bipolar.

“Selama bertahun-tahun terdapat berbagai macam program yang telah dilaksanakan untuk pencegahan merokok dan kesadaran akan penyakit kardiovaskular, namun belum pernah ada kampanye sebesar itu untuk kesehatan mental,” katanya.

(Taufiq Syarifudin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.