Sukses

Roti Kembang Waru Khas Kotagede yang Jadi Primadona Para Bangsawan

Roti kembang waru merupakan makanan tradisional khas Yogyakarta yang dahulu menjadi kesukaan para bangsawan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Roti kembang waru merupakan makanan tradisional khas Yogyakarta, tepatnya berasal dari Kotagede. Bukan sembarang kue, roti kembang waru merupakan jajanan tradisional yang legendaris.

Dikutip dari laman budaya.jogjaprov.go.id, jajanan tradisional ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam. Kue berwarna cokelat ini dulunya menjadi primadona para bangsawan.

Roti kembang waru menjasi makanan mewah yang disajikan untuk para raja dan menjadi favorit keluarga kerajaan. Nama kembang waru berasal dari Kotagede, sebuah daerah yang ditumbuhi banyak pohon waru.

Roti kembang waru terbuat dari tepung terigu, telur ayam, gula, susu, vanili, dan mentega. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi adonan lalu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk bunga waru yang sudah dioles mentega.

Adonan tersebut kemudian dipanggang di oven kuno yang masih menggunakan arang sebagai bahan bakarnya. Bentuk roti kembang waru yang unik juga menyimpan makna filosofis tersendiri.

Roti kembang waru berbentuk bunga waru yang memiliki delapan sisi. Bentuk kembang tersebut memiliki makna delapan laku seorang pemimpin yang merupakan personifikasi dari delapan elemen unsur alam yakni tanah, air, angin, api, matahari, bulan, bintang dan langit.

Jika seorang pemimpin mampu menerapkan delapan laku tersebut, maka ia akan menjadi pemimpin yang berwibawa dan mampu mengayomi semua rakyatnya. Selain itu, terdapat pengharapan bagi siapapun yang memakan kembang waru dimana ia diharapkan akan selalu mengingat nasihat leluhur, sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh penghargaan.

Meski dulunya roti kembang waru menjadi makanan primadona di kalangan masyarakat. Kini, keberadaan roti kembang waru semakin langka.

Tidak banyak rumah produksi roti kembang waru yang dapat bertahan digempur aneka makanan kekinian. Salah satu pembuat roti klasik ini adalah warung roti Pak Bas & Bu Gidah yang sudah ada sejak 1983.

Pak Bas masih mempertahankan cara pembuatan roti kembang warung dengan sangat tradisional. Roti kembang waru buatan Pak Bas memiliki ciri khas aroma yang lebih wangi karena menggunakan kayu manis dan pala bubuk.

Tekstur roti kembang waru cukup padat dan berserat. Ketika dipegang atau ditekan, roti kembang waru akan membal serupa bolu.

Roti kembang waru sangat halus ketika dikunyah dan didominasi rasa manis dan legit yang pas. Hasil proses memasak menggunakan arang juga menjadi ciri khas aroma makanan tradisional ini.

Roti kembang waru Pak Bas & Bu Gidah dijual dengan harga Rp 2.100 per buah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.