Sukses

Cerita Didi Kusnadi, Mantan TKI Sukses Jadi Pelaku UMKM Busana Muslim

Warga Desa Kebonturi Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon itu memanfaatkan kemampuannya untuk menjual produk busana muslim melalui platform online.

Liputan6.com, Cirebon - Kemampuan Didi Kusnadi belajar dunia digital secara otodidak tidak sia-sia. Mantan TKI di Korea Selatan tersebut mengaplikasikan keahliannya berdagang secara daring menjadi peluang memasarkan busana muslim.

Didi Kusnadi merupakan owner produk UMKM Cirebon dengan nama brand Mawar Fashion. Warga Desa Kebonturi Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon itu memanfaatkan kemampuannya mengelola digital untuk menjual produk busana muslim. 

Perjalanan karier Didi dimulai sejak keberangkatannya menjadi TKI di Korea Selatan. Namun, perjalanan Didi tak semulus yang diharapkannya saat merantau di negeri orang. 

Didi yang semula dijanjikan bekerja di pabrik, malah ditempatkan di sebuah perusahaan bidang pertanian. Lokasi kerja Didi saat itu berada di Kota Osan Dong Tan Myeon.

"Dulu berharap kerja di pabrik karena melihat gaji bisa sampai Rp 20 juta per bulan, ternyata ditempatkan di perusahaan bidang pertanian dengan gaji Rp 7,5 juta per bulan, itupun saya bisa saving Rp 5 juta sebagai tabungan. Tempat kerja saya di daerah pegunungan," ujar dia.

Bak nasi sudah menjadi bubur, Didi pun harus menerima dengan lapang dada penempatan kerja yang diberikan kepadanya. Didi pun mulai belajar hidup mandiri di negeri orang dengan penghasilan yang di luar harapannya.

Jauhnya tempat kerja dengan pusat keramaian di Korea Selatan menuntut Didi untuk bisa mememenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Didi mulai menjajaki dunia digital seperti bertransaksi online untuk memenuhi kebutuhannya.

"Akses jauh karena tempat saya bekerja itu di daerah pegunungan. Transportasi umum seperti taksi atau bus ada, tetapi selain terbatas, juga ongkosnya lumayan mahal, jadi saya online saja," ujar dia. 

Singkat cerita, pada tahun 2010, Didi kembali pulang ke Tanah Air setelah mengajukan cuti. Sepulangnya Didi ke Indonesia, dia langsung meminang sang pujaan hati.

Namun, 40 hari setelah cuti, Didi kembali berangkat ke Korea Selatan untuk melanjutkan pekerjaannya. Didi yang masih berstatus TKI di perusahaan pertanian itu, kemudian memutuskan untuk keluar dan menjadi pekerja pabrik.

"Saat itu saya ajak ngobrol bos sekalian minta ijin keluar dengan legal dan tidak merugikan kedua belah pihak akhirnya disetujui. Jujur saja ketika bekerja di pabrik, status saya otomatis ilegal karena yang terdaftar kan di perusahaan pertanian," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengalaman Digital

Tahun 2011 Didi diterima kerja di pabrik Kunwha, subkontraktor dari Volvo Car Corp yang memproduksi kendaraan alat berat. Di tempat kerja yang baru, Didi diajari cara mengoperasikan alat pabrik di Kota Changwon. 

Dalam perjalanan kariernya, Didi bekerja di Korea Selatan, dunia digital tak pernah lepas dari aktivitasnya sehari-hari. Di Korea Selatan Didi pun bergabung dengan komunitas TKI di Korea Selatan dan mendapatkan ilmu yang berharga.

"Waktu kerja di pertanian saya gabung di komunitas gereja saya belajar banyak seperti dapat pelatihan dan bikin kegiatan yang mendatangkan orang untuk memotivasi TKI di Korea Selatan. Ketika kerja di pabrik saya gabung komunitas masjid. Alhamdulillah, pengalaman saya belanja online bermanfaat, saya membantu teman komunitas yang butuh beli sesuatu di marketplace sampai bikin banyak kegiatan," ujar dia.

Berbekal pengalamannya bekerja dan belajar dunia digital di Korea Selatan, Didi pun merapkan pengalamannya di Indonesia. Tahun 2014, Didi kembali pulang ke Indonesia dan membuka usaha sendiri.

Didi memulai usahanya dari depot air mineral dan mendirikan LPK bahasa Korea. Namun, kedua usaha tersebut gagal hingga membuatnya berpikir keras mencari peluang usaha lainnya.

Di tengah upaya Didi mencari solusi usaha lain, sang istri membantu dengan berjualan online. Salah satunya baju muslim anak.

Dari semua produk yang dijual online, Didi melihat segmen baju muslim anak memiliki pasar yang bagus. Didi bersama istri mulai mencari pemasok terutama yang ada di dekat rumahnya yakni pasar Sandang Tegal Gubug.

"Dari usaha sebelumnya yang gagal, sekitar Rp 2 juta saya kasih ke istri untuk diputar dan ternyata, Alhamdulillah ada untung jadi Rp 6 juta. Dari semua jenis baju muslim ternyata yang kategori baju koko anak paling laku. Kami mulai fokus di situ," ujar Didi.

Bisnis di dunia digital perlahan mulai masuk ke Indonesia. Didi pun ikut mendaftar sebagai pedagang di marketplace Shopee. 

3 dari 3 halaman

Pengusaha UMKM

Kemampuan digital yang dipelajari Didi selama bekerja di Korea Selatan mulai membuahkan hasil. Didi mulai kebanjiran pesanan di marketplace hingga pemasok tidak mampu memenuhi permintaan darinya/

Didi mulai memperbaiki manajemen termasuk mengembangkan produknya. Dia menyebutkan, saat ini Mawar Fashion Cirebon menjual empat kategori busana muslim.

Yakni kategori busana muslim anak laki-laki, busana muslim anak wanita, busana muslim pria, busana muslim wanita. Harga yang dijual mulai dari Rp 70 ribu sampai Rp 220 ribu. 

Hari biasa, sekitar 40 sampai 120 paket busana muslim dibuat Didi. Sementara pada bulan Ramadan bisa terjual 900 sampai 1.600 paket per hari.

"Total penjualan di bulan Ramadan bisa mencapai 10 ribu paket. Per tahun rata-rata 50 ribu sampai 60 ribu paket," kata Didi.

Didi mengaku, melihat penjualannya di online laku keras, banyak marketplace yang menawarkan diri untuk bekerja sama dengan menyiapkan lapak. 

"Sebenarnya waktu itu tahun 2017 belum mahir sekali ya sama jualan online. Tetapi karena melihat barang laku keras banyak marketplace menawarkan sendiri dan saya pun diajari cara jualan online," ujar dia. 

Suksesnya Didi menjadi pelaku UMKM diharapkan dapat memotivasi yang lain. Terutama untuk warga yang menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) maupun yang sudah purna. 

Sementara bagi pekerja migran yang sudah pulang ke Indonesia agar mampu beradaptasi di era digital. Sehingga, tidak ada keinginan untuk kembali lagi menjadi pekerja migran.

"Untuk kawan-kawan yang tengah menjadi PMI saat ini, tetap semangat save money dan belajar bersama komunitas positif yang mampu mengembangkan skill diri misalnya di shelter, di masjid di Korea Selatan," kata Didi.

Dia juga berharap keberadaan Mawar Fashion bermanfaat bagi masyarakat banyak maupun pelanggan. Seperti penjahit, pekerja, kurir hingga manfaat yang lain.  

"Kami ingin menyampaikan bahwa berbusana muslim itu indah," ujar Didi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.