Sukses

Mengenal Faluaya, Tari Perang Suku Nias yang Kini Jadi Hiburan

Tari faluaya dibawakan oleh penari laki-laki berusia remaja hingga dewasa.

Liputan6.com, Nias - Faluaya atau tari perang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Suku Nias. Tarian ini dibawakan oleh para prajurit desa dengan menggunakan aksesoris dan perlengkapan perang atau gama-gama.

Mengutip dari 'Pertunjukan Tari Faluaya di Bawömataluo Kecamatan Nias Selatan Provinsi Sumatra Utara: Dalam Kajian Estetika' oleh Serlin Damaiyanti Haria, Surherni, dan Erlinda, kata 'faluaya' berarti bersama-sama atau kerja sama. Koreografi tarian ini merupakan perpaduan seni tari dan vokal.

Tari perang ini merupakan tarian kolosal yang dilakukan oleh sekitar 100 penari. Pertunjukan tari faluaya akan menjadi interaksi kreatif antara dua kelompok penari yang menggambarkan semangat para prajurit perang.

Tari faluaya dibawakan oleh penari laki-laki berusia remaja hingga dewasa. Biasanya tarian ini hanya dilakukan oleh orang Nias asli.

Ada beragam gerak tari perang Nias ini, di antaranya gerak hugö, gerak ohigabölöu, gerak hivfagö, gerak fu’alö, gerak faluaya zanökhö, gerak fataélé, gerak famanu-manu, gerak fasuwö, gerak fadölihia, dan gerak siöligö. Gerak hugö merupakan posisi kuda-kuda siap menyerukan, sedangkan gerak ohigabölöu yakni melompat sambil berjalan dan berjingkat.

Adapun gerak hivfagö merupakan gerakan yang hampir sama dengan gerak ohigabölöu dan hanya dilakukan di tempat. Gerak fu’alö juga merupakan gerakan di tempat dengan melangkahkan satu langkah kaki kiri, kemudian kembali lagi pada posisi awal.

Gerak faluaya zanökhö membuat lingkaran untuk mengepung musuh dan gerak fataélé merupakan atraksi tunggal penari dalam menunjukan ketangkasannya. Pada gerak famanu-manu, penari akan bergerak satu lawan satu, selanjutnya gerak fasuwö menggambarkan terjadinya peperangan antara dua kelompok yang melakukan aksi perlawanan.

Dalam gerak fadölihia, penari akan membuat gerakan yang membentuk berliku-liku. Gerakan selanjutnya adalah gerak siöligö.

Dalam pertunjukannya, para penari mengenakan busana warna-warni, yakni perpaduan hitam, kuning, dan merah yang dilengkapi mahkota di kepala. Beberapa properti yang digunakan, di antaranya tameng, pedang, dan tombak.

Tameng kayu yang berbentuk mirip daun pisang berada di tangan kiri. Tameng tersebut berfungsi untuk menangkis serangan musuh. Adapun di tangan kanan, para penari memegang tombak atau pedang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Musik Internal

Tari faluaya tidak menggunakan musik eksternal, melainkan musik internal yang disebut sebagai hoho. Hoho adalah tradisi lisan Nias yang dilagukan secara puitis dengan memilih kata-kata yang menarik untuk diperdengarkan. Hoho juga bisa disebut sebagai syair.

Gerakan peperangan pada tari faluaya pun tak lepas dari sejarahnya. Dulunya, tarian ini dibentuk untuk menyelamatkan desa dari para musuh yang mengakibatkan terjadinya peperangan karena perebutan lahan tanah.

Mereka membentuk pasukan pemuda yang akan menjadi penyelamat desa yang siap berperang. Namun, kini tujuan tari faluaya bukan lagi untuk melawan musuh.

Selain karena sudah tidak ada peperangan, tarian ini juga sangat menghibur para wisatawan. Alhasil, tarian ini kini menjadi bentuk perjamuan atau sebagai penghormatan tamu sekaligus sebagai hiburan pada acara-acara penting adat Nias.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.