Sukses

Lingkungan Semrawut, Pengelolaan Sampah di Gorontalo Tidak Profesional

Warga di Kota Gorontalo mengeluhkan pengelolaan sampah yang tidak profesional.

Liputan6.com, Gorontalo - Sejumlah warga di Kota Gorontalo mengeluhkan soal pengangkutan sampah oleh petugas, dinilai masih tidak maksimal. Terlebih bagi warga yang tinggal di pemukiman sempit, pasti sampah mereka kerap kali jarang diangkut petugas kebersihan.

"Memang kami tahu, mobil pengangkut sampah tidak bisa masuk ke pemukiman, akan tetapi tugasnya kan bisa masuk," kata Rahmat warga Kota Gorontalo.

"Biasanya nanti sudah tertumpuk, mengeluarkan bau busuk dan ada pengeluhan baru mereka angkat. Sementara kami juga membayar retribusi sama dengan warga lain," ujarnya.

Sorotan juga datang dari Anggota Komisi C, DPRD Kota Gorontalo Herman Haluti. Dirinya bahkan menyentil soal kinerja Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Gorontalo retribusi sampah.

Musabab, retribusi sampah ini memang harus diperjelas dan giat disosialisasikan. Sebagian masyarakat mungkin saja belum menerima informasi lebih lanjut mengenai retribusi sampah itu.

Herman berharap pihak DLH harus melakukan peningkatan kinerja yang nyata. Terlebih lagi soal pengelolaan retribusi, agar Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Kota Gorontalo meningkat.

"Tujuannya, untuk memberikan pelayanan yang lebih masif lagi bagi masyarakat Kota Gorontalo," kata Herman.

“Dari dulu sampai dengan sekarang DLH ini terlalu banyak teorinya namun hasilnya di lapangan itu belum maksimal. Nah sampai kapan kinerja DLH itu bisa diakui, jika hanya memperbanyak teori,” tuturnya.

Ia juga menyentil, pengaplikasian kinerja di lapangan pun, seharusnya berimbang dengan janji-janji yang ditawarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo.

“Harusnya DLH mampu bekerja secara maksimal dan memanfaatkan retribusi yang ada. Jangan hanya menyusun strategi yang begitu banyak hingga pada akhirnya tidak ada realisasinya.” ia menandaskan.

Pantauan Liputan6.com, di beberapa tempat di Kota Gorontalo masih banyak sampah yang menumpuk. Selain itu, sampah juga banyak terlihat di selokan hingga aliran sungai.

Diduga kuat, sampah tersebut merupakan hasil rumah tangga dari pemukiman sempit. Karena tak kunjung diangkat petugas, terpaksa warga membuangnya ke aliran sungai atau selokan.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi Sirkular

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, Indonesia menghasilkan 67,8 ton sampah selama tahun 2020. Sebanyak 37,3 persen sampah berasal dari rumah tangga, 16,4 persen sampah dari pasar tradisional, dan 15,9 persen sampah dari kawasan

Porsi terbesar sampah rumah tangga berasal dari sisa makanan, diikuti oleh sampah plastik, kayu atau ranting, kertas atau karton, dan sampah jenis lainnya.

Menurut Yayasan Kehati melalui Direktur Komunikasi dan Kemitraan Rika Anggraini, sudah banyak kelompok atau komunitas yang mengelola sampah rumah tangga di beberapa daerah di Indonesia. Mulai yang dibangun atas kesadaran sendiri hingga atas bantuan pemerintah dan swasta.

Namun, Rika menilai butuh usaha lebih keras dari semua pihak agar pengelolaan sampah rumah tanggga bisa maksimal. Data Sustainable Waste Indonesia menujukkan kurang dari 10 persen sampah yang dikelola tidak sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

“Kami melihat, selain dorongan dari pemerintah, perlu dibangun sinergi yang kuat dari semua lini termasuk pihak swasta dan masyarakat. Berbicara sampah tidak hanya masalah kebijakan, dan sarana prasarana, namun juga perubahan kebiasaan, dan asas manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” kata Rika dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (24/2/2022).

Terkait sampah, di Indonesia ada peringatan khusus dalam setiap tahunnya yakni Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) setiap 21 Februari. Pada 2022, HPSN mengusung tema “Kelola Sampah Kurangi Emisi Bangun Proklim”. Tema HPSN tahun ini memiliki konsep lebih menyeluruh di mana jika sampah dapat dikelola dengan baik, maka memiliki dampak positif terhadap permasalahan iklim.

“Oleh karena itu, pengelolaan sampah harus dimulai dari sumber utama penghasil sampah tersebut, sehingga emisi yang dihasilkan dapat dikurangi. Tidak hanya itu, jika dikelola dengan baik, sampah dapat memberikan nilai ekonomi dan bermanfaat sebagai penghasilan bagi masyarakat,” ujar Rika.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.