Sukses

Polda DIY Sebut Korban Klitih Tidak Acak, Polisi Telah Identifikasi Pelaku

Kejahatan jalanan terjadi karena adanya proses ejek-ejekan dan ketersinggungan. Kejahatan jalanan tersebut dilakukan antardua kelompok yang mengendarai motor yang menyebabkan terjadinya penganiayaan.

Liputan6.com, Yogyakarta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY memeriksa sembilan kamera CCTV untuk kejahatan jalanan alias klitih yang terjadi dengan korban pelajar di Jalan Gedongkuning, Kota Yogyakarta.

Meski belum tertangkap, polisi kini telah mengidentifikasi dua pelaku motor yang digunakan saat kejadian berlangsung.

Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Ade Ary Syam Indradi, Polda DIY telah menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) sambil mengumpulkan petunjuk dengan memeriksa 11 saksi, serta barang bukti di lokasi kejahatan tersebut.

"Saat ini sedang proses analisis untuk pendalaman CCTV, tapi sudah terdentifikasi dua kelompok pelaku motor. Diduga Vario dan NMax dari keterangan saksi-saksi dan teman korban," kata Ade, Selasa, 5 April 2022.

Sejauh hasil penyelidikan, Ade menuturkan, belum ada informasi atau petunjuk yang menyebutkan antara kelompok korban dan gerombolan pelaku saling mengenal.

Ia menyebut korban dari kejahatan jalanan tidak acak. Hal ini berdasarkan analisis yang dilakukan dalam tiga bulan terakhir oleh Polda DIY. 

"Korban-korbannya kejahatan jalanan ini tidak acak, bukan," jelasnya.

Menurutnya, pelanggaran terjadi karena adanya proses ejek-ejekan dan ketersinggungan. " Ini kejahatan jalanan yang dilakukan antardua kelompok yang mengendarai motor yang menyebabkan kejadian tersebut," ucap dia.

"Bisa jadi para pihak yang membawa senjata tajam itu menjadi pelaku dan pihak lainnya menjadi korban," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan mengetik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korban Beda Kelompok

Menurut dia, kejahatan jalanan yang melibatkan kelompok pelajar lebih mengarah ke arah tawuran.

Ade menuturkan ada upaya dari satu kelompok untuk mencari korban dari kelompok lain dalam proses terjadinya beberapa kejahatan jalanan. Anggota dari kelompok yang berselisih tersebut ada yang membawa senjata tajam. 

"Jadi, ini lebih tepatnya tawuran, (korbannya) bukan acak, bukan orang-orang sendiri sedang tiba-tiba di, itu tidak. Tapi mereka selalu mencari kelompok-kelompok," Katanya.

Bahkan, lanjutnya, ada pembelajaran untuk mengetes keberanian dari anggota kelompok, terutama untuk anggota yang baru. Bentuk pembelajaran yang dimaksud yakni adanya tantangan yang diberikan kepada anggota untuk melakukan kejahatan jalanan.

"Seperti kejadian dua yang di Umbulharjo sudah terungkap, seniornya itu jadi pengemudi dan juniornya di belakang jadi pembonceng. Itu sama halnya dengan seniornya untuk memegang alat (senjata), seperti patroli jam 02.00 WIB sampai jam 03.00 WIB (dini hari) itu bertemu kelompok lain (ditantang) 'berani enggak kamu'," ujarnya.

Sebelumnya, seorang pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta tewas setelah terkena sabetan benda tajam oleh pelaku kejahatan jalanan di Jalan Gedongkuning, Kota Yogyakarta, Minggu, 3 April dini hari. Korban sempat dilarikan ke RSUP Hardjolukito namun nyawanya tak tertolong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.