Sukses

Muncul Klaster Covid-19 Sekolah, Pemda Garut Hentikan PTM di 3 SMA

Pemda Garut mengehntikan pembelajara tatap muka di tiga SMA imbas ditemukannya klaster Covid-19 sekolah.

Liputan6.com, Garut - Pemerintah daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat, akhirnya menutup sementara kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Wanaraja, Bayongbong dan Tarogong Kidul, setelah ditemukan belasan siswa dan pengajar terpapar Covid-19.

“Kita tutup karena yang positifnya lebih dari lima siswa," ujar Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman.

Menurutnya, penutupan PTM di sekolah akan dilakukan secara mikro, sehingga tidak berdampak pada penghentian seluruh kegiatan PTM di Garut yang baru dimulai awal tahun ini.

“Jika ada penyebaran 5-6 orang kita langsung tutup. Kalau satu kita tracing dan tracking dulu, kalau tidak ada masih tetap bisa dibuka dengan prokes ketat," terangnya.

Hal senada disampaikan Kepala Cabang Dinas (KCD) Wilayah XI, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Aang Karyana. Menurutnya, bagi sekolah yang siswa dan pengajarnya terpapar Covid-19 bakal dilakukan penutupan skala mikro 5-7 hari. “Tidak secara keseluruhan sekolah," ujarnya.

Untuk menghindari lonjakan klaster sekolah, ia berharap kepala sekolah bisa mengambil kebijakan melakukan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terlebih dahulu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Covid-19 di Garut

Helmi mengaku, penyebaran Covid-19 di Garut saat ini kembali naik, setelah ditemukan 45 orang positif dan dua warga meninggal dunia, meskipun penyebaran varian omicron belum ditemukan.

“Sekarang kita juga sudah mengirim sampel lagi, untuk memastikan penyebaran omicron di Garut,” ujar dia.

Untuk menghindari terjadinya lonjakan pasien Covid-19, Lembaganya ujar dia kembali mengintruksikan penyiapan seluruh fasilitas dalam penanganan pasien Covid-19.

“Kalau di rumah sakit ada 32 bad yang kita siapkan untuk perawatan dan sudah terisi 14 bad, kita juga menyiagakan 30 bad tambahan untuk mengantisipasi adanya lonjakan,” ujar dia.

Tidak hanya itu, untuk mengantisipasi melonjaknya angka kematian, Helmi meminya seluruh Puskesmas kembali waspada, terutama ancaman hadirnya pasien positif Covid-19 dengan gejala berat.

“Langsung bawa ke rumah sakit, tidak boleh dirawat di puskesmas,” ujar dia mengingatkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.