Sukses

Ratusan Santri Covid-19, Pesantren Abdurrab Pekanbaru Mendadak Jadi Tempat Isolasi Terpadu

Pesantrean Abdurrab Pekanbaru menjadi tempat isolasi terpadu dadakan setelah pihak sekolah dan orangtua menolak santri terkonfirmasi Covid-19 dievakuasi.

Liputan6.com, Pekanbaru - Islamic Boarding School Abdurrab Pekanbaru mendadak jadi tempat isolasi terpadu. Hal ini dilakukan setelah pengelola pesantren itu menolak mengevakuasi ratusan santri yang terkonfirmasi Covid-19 dari asrama.

Penolakan ini berlangsung sejak Kamis pekan lalu ketika masih ada puluhan santri yang terpapar Covid-19. Pihak Pesantren Abdurrab Pekanbaru kompak dengan orangtua menolak santri dievakuasi ke tempat isolasi terpadu di Asrama Haji Riau.

Transportasi medis, seperti ambulans bahkan mendapat adangan. Jalur ambulans dihambat sehingga tidak bisa keluar dari lingkungan sekolah.

Pihak sekolah juga tertutup dengan kehadiran jurnalis. Wartawan tidak boleh mendekat ke sekolah bahkan diminta menjauh dari pagar sekolah Abdurrab itu.

Penolakan ini kini membuat jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 yang awalnya puluhan kini menjadi 127 orang. Dari yang awalnya terkonfirmasi hanya santri saja kemudian menyebar ke tenaga pendidik.

Kepala Polresta Pekanbaru Komisaris Besar Pria Budi mengakui adanya penolakan evakuasi itu. Namun, untuk keselamatan santri yang terkonfirmasi, Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Pekanbaru memutuskan asrama Abdurrab sebagai lokasi isolasi.

"Lokasi itu dijadikan isolasi terpadu seperti isolasi terpadu milik pemerintah," kata Pria usai meninjau proses tracing, swab dan pengobatan santri di sana, Senin malam, 29 November 2021.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dokter 24 Jam

Meski sifatnya isolasi terpadu darurat, Pria memastikan pengobatan berjalan aman. Ada tim medis dan dokter siaga selama 24 yang standby di lokasi. Ada juga tim pengamanan dari Polsek.

Pria menyatakan, Satgas Covid-19 Pekanbaru mengakomodasi permintaan orangtua dan pengelola sekolah untuk menghindari benturan fisik dengan petugas keamanan.

"Kalau dipaksa (dibawa ke fasilitas pemerintah) akan chaos," kata Pria.

Pria menceritakan, pihaknya langsung ke lokasi begitu mendapat informasi ada kasus Covid-19 di sekolah. Langkah-langkah evakuasi sudah disiapkan pemerintah tapi ditolak orangtua.

"Waktu malam akan evakuasi, ada perlawanan, ambulans dipalang," ucap Pria.

3 dari 3 halaman

Pulang Duluan

Polres dan Pemerintah Kota Pekanbaru akhirnya mengisolasi linkungan sekolah atau lockdown. Namun sehari sebelum penguncian itu, ada 25 santri yang sudah dibawa pulang orangtua.

"Itu sebelum Jumat, hari Kamis," ucap Pria.

Pria mengakui memberi pemahaman kepada masyarakat terpapar Covid-19 terkadang membutuhkan tantangan. Kondisi ideal seperti evakuasi dan pengobatan tidak berjalan mulus karena penolakan tadi.

"Idealnya dibawa ke rumah sakit atau isolasi terpadu pemerintah, tapi tidak segampang itu," jelas Pria.

Meski demikian, Pria mengimbau masyarakat mematuhi pemerintah agar virus ini tidak menyebar ke orang lain. Masyarakatnya diminta menerapkan protokol kesehatan ketat meskipun saat ini Pekanbaru sudah PPKM level 1.

"Nikmati PPKM level 1 ini, tetap prokes, kalau nanti PPKM level 4 susah semuanya," imbuh Pria.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.