Sukses

Kasus Kematian Covid-19 Meningkat, Pembuat Peti Mati di Pekanbaru Kebanjiran Order

Pengusaha peti mati di Pekanbaru mengaku kebanjiran order, seiring dengan angka kematian Covid-19 yang terus meningkat.

Liputan6.com, Pekanbaru - Pengusaha peti mati di Pekanbaru mengaku kebanjiran order, seiring dengan angka kematian Covid-19 di Bumi Lancang Kuning yang terus mengalami peningkatan.

Sebagai informasi, sudah ada 2.925 warga meninggal karena Covid-19 sejak virus dari Wuhan, China, itu masuk ke Riau pertengahan Maret 2020. Per 8 Agustus 2021, terdapat 25 warga meninggal setelah menjalani isolasi di rumah sakit ataupun isolasi mandiri.

Seorang pembuat peti mati, Dwi Susanto Panjaitan, menyebut kenaikan pesanan terjadi dalam satu pekan terakhir. Terkadang datang dari rumah sakit ataupun perorangan.

"Yang paling banyak dari perorangan," kata pria yang membuka usahanya di Jalan Tapanuli, Kecamatan Tenayan, Pekanbaru, Senin siang, (9/8/2021).

Dalam sehari, Dwi hanya mampu membuat satu peti mati. Saat orderan tinggi, dirinya memperkerjakan satu orang untuk membantu membuatkan peti mati.

Ragam ukuran dan bentuk jenazah peti mampu dikerjakan Dwi bersama satu pekerjanya. Setiap jenis peti jenazah beda harga dan tergantung pesanan dari konsumen.

"Harga mulai dari Rp1 juta sampai Rp4 juta, tergantung ukuran dan kerumitan," ucap Dwi.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kesulitan Bahan Baku

Dwi menyebut pesanan tidak hanya dari Pekanbaru tapi juga daerah lain. Banyaknya pesanan membuat dirinya kesulitan mencari bahan baku peti.

"Kayu sekarang sulit didapat karena banyaknya pesanan," ucap Dwi.

Sebagai alternatif, Dwi menggunakan pohon rambutan ataupun kayu lainnya yang mudah didapat sebagai bahan baku pembuatan peti jenazah.

Sebelumnya, Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi, menyebut angka kematian di Riau tidak pernah turun dalam dua pekan terakhir. Diapun menyebut masyarakat harus menjaga kesehatan agar tidak terjangkit.

"Caranya memakai masker, batasi mobilitas, jaga jarak, hindari kerumunan," sebut Yovi.

Yovi sadar himbauan protokol kesehatan memang membosankan. Namun untuk saat ini tidak ada cara lain supaya tidak terjangkit kecuali disiplin protokol kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir menyatakan sebagian besar kematian disebabkan keengganan warga untuk dirawat di rumah sakit ataupun menjalani isolasi di fasilitas pemerintah.

Ada warga yang kekeh isolasi mandiri di rumah. Hal ini membuat warga kurang mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga gejala Covid-19 beranjak dari ringan ke sedang dan menuju berat.

"Ketika berat ini, warga tadi kemudian dibawa ke rumah sakit," kata Mimi.

Selain itu, tingginya angka kematian di Riau karena ada penyakit bawaan dan rata-rata pasien meninggal berusia 50 tahun ke atas. Oleh karena itu, Mimi berharap tidak ada lagi isolasi mandiri di rumah.

"Khususnya yang punya penyakit bawaan dan berusia 50 tahun ke atas agar termonitor oleh tenaga kesehatan," kata Mimi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.