Dhawuh Dharah Dalem Pakubuwono ing Jaman Kalabendu Pageblug Covid-19

Di zaman kalabendu ini, para manusia mendapat cobaan dari Gusti Hyang Sukma. Cobaan ini mengingatkan kita untuk selalu ingat dan waspada. Demikian disampaikan Kandjeng Raden Mas Panji (KRMP) Edwin Putrokusumo.

Menurut Edwin sapaan akrabnya, kesengsaraan zaman pageblug adanya bencana harus diterima dengan rasa syukur, walaupun kalabendu masih harus dilalui hingga hari ini, setelahnya Gusti Hyang Sukma akan memberikan Zaman Kalasuba.

"Hal ini tertuang dalam Quran Surat Alam Nasyrah (Al-Insyirah): Inna ma'al usri yusra," ungkap salahsatu keturunan Pakubuwono kepada Liputan6.com, Rabu (28/10/2020).

Dia menyebut, semua harus dijalani karena rezeki, mati, jodoh adalah hal yang pasti. Di kalabendu ini mengingatkan manusia untuk selalu menyatukan cipta-rasa-karsa, mengingatkan untuk tidak meninggalkan perilaku.

"Covid-19 ini, memberi banyak perkara yang baik, yaitu kita diminta untuk menjaga tutur kata, dengan dimasker mulut kita," katanya.

Edwin menambahkan, mulut yang dimaskeri melambangkan untuk senantiasa menjaga tutur kata kita agar tidak menyakiti orang lain. Kemudian tidak bersalaman, mengingatkan ajaran leluhur Jawa bila bertemu dengan orang lain tidak dengan salaman, melainkan dengan salam rahayu seperti memberi sembah, telapak tangan disatukan diarahkan kedepan kita, dan ajaran lainnya.

Dijelaskan, Zaman kalabendu ini diramal oleh Prabu Jayabaya dan Pujangga Besar Jawa, R.Ng. Ranggawarsito. Ramalan ini mengingatkan kita.

"Mengingatkan perjalanan hidup yang harus dijalani," emut Edwin.

Pertama, kehidupan masyarakat sangat sulit, apa-apa mahal. Kedua, banyak bapak lupa anaknya, dan keluarga bercerai berai. Ketiga, banyak orang yang berkhianat, termasuk kepada kawan sendiri. Keempat, orang yang bicara ngawur (sedang) berkuasa. Modalnya berani bersuara lantang. Kelima, orang yang berkuasa jahat, dan rakyat kecil kian terpencil.

"Keenam, para pemimpin mengangkat kawan-kawan sendiri dengan cara yang tidak adil," katanya.

Panjenenganipun nyebataken, lajeng R.Ng. Ronggowarsito ngemutaken saking Serat Centini, inggih menika;

”Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata. Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata,akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyasenalangsa. Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.

Edwin mengatakan, kemudian R.Ng. Ronggowarsito mengingatkan melalui Serat Kalatidha, yakni:

"Para pemimpinnya jahil. Kalau berbicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati. Tidak ada rasa rindu kepada teman dan saudara, tidak pernah memberi kabar berita. Jumlah orang miskin semakin banyak, dan kehidupannya semakin menderita. Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.

Alampun rusak, banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.Terjadi prahara besar dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan, tidak ada rasa tenteram dihati.

Negara kehilangan wibawa, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah dan kesulitan.Para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek"

Lebih lanjut, Edwin berharap, dari cuplikan diatas semoga dapat memberikan pencerahan kepada kita untuk selalu memiliki rasa syukur, ingat dan waspada, serta selalu beribadah kepada Gusti Hyang Sukma.

"Ingat dan waspada,serta selalu beribadah kepada Gusti Hyang Sukma," ucap salahsatu warga Blora yang juga dharah dalem (trah) Pakubuwono Kraton Surakarta Hadiningrat.