Sukses

Ulama Cirebon Siapkan 15 Calon Pengganti Sultan Baru Keraton Kasepuhan

Polemik perebutan takhta di Keraton Kasepuhan Cirebon masih terus bergulir meski pada perjalanannya sultan baru sudah terpilih.

Liputan6.com, Cirebon - Polemik di Keraton Kasepuhan Cirebon usai penobatan Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin masih bergulir. Sejumlah ulama dan akademisi menggelar seminar dalam rangka pelurusan trah Sunan Gunung Jati.

Tokoh Pemuda Ponpes Benda Kerep KH Muhtadi Mubarok mengatakan, pada perjalanannya sudah ada persiapan pengganti Sultan Baru. Dia mengaku, sudah menerima 15 nama dari keluarga Kasultanan Cirebon.

"Kita akan susun agenda besar, yaitu pelantikan sultan baru. Sejauh ini sudah ada 15 nama-nama yang disodorkan yang semuanya berasal dari trah asli Sunan Gunung Jati," tutur Muhtadi usai seminar ulama dan akademisi terkait sejarah Kacirebonan di aula Masjid At Taqwa, Kota Cirebon, Senin (14/9/2020).

Sayangnya, Muhtadi belum menyebutkan siapa 15 nama yang diajukan keluarga Kasultanan Cirebon tersebut. Dia mengatakan, 15 nama tersebut akan menjadi fokus para ulama.

Fokus ulama untuk menemukan siapa Sultan baru yang diklaim adalah trah langsung Sunan Gunung Jati. Dia menyebutkan, 15 nama tersebut nantinya akan masuk dalam struktur inti di Keraton Kasepuhan Cirebon.

"Kita akan libatkan 500 ulama, bukan hanya ulama di Cirebon tapi juga dari Banten untuk menggodok 15 nama yang sudah diusulkan," ujar dia.

Dia menyebutkan, seminar lanjutan akan digelar pekan depan melibatkan ulama dari Ponpes Ciwaringin, Kempek, Buntet dan Gedongan. Agenda utama dari seminar ini adalah persiapan menuju pelantikan sultan baru.

Setelah pelantikan, direncanakan akan digelar jumenengan yang akan dilaksanakan di Keraton Pakungwati area Keraton Kasepuhan Cirebon. Menurut Muhtadi, rencana jumenengan ini akan digelar tanpa mengundang banyak orang.

"Pemerintahan daerah undangannya kita tembuskan, namun yang pasti jumenengan tidak akan melibatkan banyak orang. Kita akan tunjukkan bagaimana sistem pemilihan sultan dalam Islam," jelas Muhtadi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dianggap Sah

Dalam seminar, ulama dari beragam pondok pesantren mengeluarkan fatwa. Fatwa tersebut terdiri dari sembilan poin.

Di antaranya adalah jika Luqman bukanlah trah atau nasabnya tidak tersambung dengan Sunan Gunung Jati, kemudian isi lainnya adalah tanah keraton harus dikelola oleh keluarga Sunan Gunung Jati.

"Isi fatwa juga antara lain haramnya keraton ditempati oleh yang bukan trah, bukan trah, kemudian wajibnya sultan yang baru trah Sunan Gunung Jati taat kepada NKRI. Fatwa ulama ini dikeluarkan oleh ulama dari wilayah III Cirebon," sebut Muhtadi.

Muhtadi menambahkan, para ulama dan akademisi bukan kali ini saja menggelar seminar serupa. Di seluruh seminar tersebut, menurutnya, terdapat banyak persamaan, yaitu sama-sama menyatakan jika Luqman bukan nasab dari Sunan Gunung Jati.

"Nasab Luqman ke Sunan Gunung Jati tidak nyambung. Keraton itu milik pribadi kanjeng Sunan Gunung Jati, bukan milik umum karena dihibahkan dari Mbah Kuwu Cirebon ke Sunan Gunung Jati. Tidak pernah diwariskan dan dibagikan kepada siapa pun," sebut dia.

Sebelumnya, pihak keluarga PRA Luqman Zulkaedin mengatakan penobatan sultan sudah sah. Usai penobatan, Luqman mengklaim merupakan penerus sah dari Kasultanan Cirebon yang didirikan Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati pada abad ke 15 sebagai pusat syiar Islam.

"Oleh karenanya seluruh adat istiadat dan tradisi yang berjalan di Keraton Kasepuhan berdasarkan kalender Islam. Alhamdulillah, hingga saat ini, adat istiadat dan tradisi serta silsilah Kasultanan Kasepuhan Cirebon masih tetap terjaga sampai saat ini, dari mulai Sunan Gunung Jati sampai Sultan Sepuh XIV dan saat ini diteruskan oleh kami sebagai Sultan Sepuh XV," ujar Luqman.

Pada masa hidupnya, menurut Luqman, Almarhum Sultan Sepuh XIV telah menetapkan dirinya sebagai penerus sultan sebagai tradisi turun temurun, yang dilaksanakan dari sejak era Sunan Gunung Jati ratusan tahun yang lalu, di mana pengganti Sultan adalah putra Sultan.

Dia menyebutkan, penobatan tersebut diperkuat dengan paspor dari Lembaga Peneliti dan Pentashih Nasab, Asyraf Azmatkhan Ahlulbait Internasional.

"Lembaga peneliti telah menerbitkan buku paspor nasab untuk kami, dan baru saja diserahkan secara resmi oleh Alhabib Prof. Dr.KH.R. Shohibul Faroji Azmatkhan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.