Sukses

Sulit Belajar Daring, 71 Sekolah di Jabar Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

Sebanyak 71 sekolah di pelosok daerah di Jawa Barat dipastikan sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka.

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 71 sekolah di pelosok daerah di Jawa Barat dipastikan sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar Dedi Supandi mengatakan sekolah yang diprioritaskan karena mereka terkendala jaringan internet.

"Indikatornya dilihat dari apakah sekolah berada di konektivitas internet rendah. Kalaupun konektivitas bagus, sekolah bisa memfasilitasi siswa-siswa yang berada di kawasan blank spot," ucap Dedi di Bandung, Selasa (18/8/2020).

Dedi menjelaskan, ke-71 sekolah yang mendapatkan izin belajar tatap muka berasal dari 228 kecamatan yang masuk zona hijau di Jabar. Ke-71 sekolah itu diminta untuk menerapkan protokol kesehatan dan diminta mengedepankan aspek keselamatan guru dan siswa.

"Sudah diverifikasi oleh pengawas dan cabang dinas. Jadi, selain syarat kecamatan zona hijau, kita juga sudah membuat sangat ketat indikator-indikator baru yang terkait pengetatan itu berprinsip bagaimana mengedepankan keselamatan dan kesehatan anak didik," kata Dedi.

Sebanyak 71 sekolah yang telah lolos verifikasi terdiri dari 38 SMA, 28 SMK, dan sisanya SLB. Dari puluhan sekolah yang sudah dinyatakan lolos verifikasi tersebut, belum semuanya menggelar kegiatan belajar tatap muka hari ini.

"Dari 71 sekolah ini di pekan ini rencananya buka tetapi masih ada beberapa sekolah yang mereka kekurangan indikator seperti rekomendasi dari gugus tugas setempat," jelas Dedi.

Dedi menuturkan, masih ada beberapa sekolah yang belum melaksanakan tes swab (PCR) yang dilakukan para guru sebagai salah satu indikator pengawasan. Sehingga, sekolah tersebut harus menunggu hingga telah memenuhi persyaratan tersebut.

"Dari 71 sekolah ini sesuai dengan kondisi yang ada, tidak semuanya akan buka hari ini. Jadi tanggal 18 hari ini ada yang buka tapi ada juga yang rencana rabu dan awal Senin depan," ungkapnya.

Sedangkan, untuk siswa atau murid sekolah tidak diwajibkan menjalani tes swab. Siswa yang kurang sehat diminta untuk tidak ikut belajar tatap muka dan tetap mengikuti pembalajaran secara daring.

Selain itu, sekolah yang sudah diperbolehkan melangsungkan kegiatan belajar tatap muka dilakukan penjadwalan. Siswa yang belajar di sekolah maksimal empat jam.

"Tidak ada waktu istirahat, jalur masuk berbeda dengan jalur keluar. Selain itu, mata pelajaran blender learning. Mata pelajaran tatap muka ini merupakan mata pelajaran yang menurut survei mata pelajaran masih kesulitan seperti matematika, fisika, dan kimia. Tapi pelajaran yang sifatnya daring tidak diberikan tatap muka," jelas Dedi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Evaluasi Tiap Dua Pekan

Dedi menerangkan, kebijakan belajar tatap muka di sekolah akan dievaluasi tiap dua pekan sekali. Hal itu mengingat adanya evaluasi dari sisi Gugus Tugas perihal penetapan zona risiko penyebaran Covid-19.

"Jadi kalau evaluasi berubah maka kebijakan berubah lagi," tuturnya.

Menurut Dedi, jumlah sekolah yang menggelar belajar tatap muka berpotensi bertambah. Sebab, zona hijau di level kecamatan bisa bertambah.

"Dari yang sekarang kondisi tatap muka berjumlah di 71 bisa juga bertambah. Setelah kita lakukan vidcon dengan Disdik kota/kabupaten, untuk SMP dan SD pun akan menyusul awal September. Tapi tetap mempertimbangkan kestabilan sekolah tatap muka yang dilaksanakan level SMA dan SMK," kata dia menerangkan.

Adapun sekolah yang sudah memenuhi persyaratan dan sudah lolos verifikasi tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Subang. Dari 71 sekolah tersebut, sejumlah sekolah yang sudah kembali buka berada di kawasan yang sulit terjangkau internet.

"Rata-rata dari satu kabupaten sekitar dua sekolah," ujar Dedi.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.