Sukses

Tradisi 'Mudun Lemah' di Surabaya, Saat Balita Pilih Cita-Cita

Tradisi yang masih dirawat dengan baik adalah Mudun Lemah atau Tedak Siten atau peringatan tujuh bulan kelahiran sang bayi.

Liputan6.com, Surabaya - Sebagian suku Jawa di Surabaya, masih memegang teguh tradisi leluhurnya. Salah satu tradisi yang masih dirawat dengan baik adalah Mudun Lemah atau Tedak Siten atau peringatan tujuh bulan kelahiran sang bayi.

Seperti pasangan suami istri Warga Surabaya satu ini, Dian Kurniawan dan Anis Sri Wahyuni. Keduanya menggelar tradisi Mudun Lemah terhadap putranya, Bagas Abdillah.

Namun, diakui Anis, Mudun Lemah yang dilakukan tidak sedetail seperti apa yang pernah dilakukan leluhurnya. Tapi tetap memakai pakem Jawa seperti adanya Bubur Merah, Tetel (Sebangsa Ketan), Jajan Pasar, Gedang (Pisang) Rojo, Gedang (Pisang) Susu, Kembang Setaman, dan permainan anak.

"Sesuai tradisi leluhur saya, mulai dari saya, anak pertama dan yang kedua ini tetap kita rayakan Mudun Lemah," tutur Anis usai prosesi Mudun Lemah di rumahnya, Surabaya, Sabtu, 1 September 2018.

Anis melanjutkan, usai pembacaan doa, sang anak di dudukan di atas Tetel dan dihadapkan dengan Nampan berisi permainan anak seperti bola, mobil - mobilan, hewan - hewanan, dan ada selembar uang kertas senilai Rp 100 ribu, Tasbih, kitab Al - Quran kecil, buku tulis, buku bacaan, pensil, serta pena Bolpoin.

 

* Saksikan keseruan Upacara Penutupan Asian Games 2018 dan kejutan menarik Closing Ceremony Asian Games 2018 dengan memantau Jadwal Penutupan Asian Games 2018 serta artikel menarik lainnya di sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sang Anak Memilih

"Bagas tadi memilih uang, mainan hewan berupa gajah serta Tasbih. Mudah-mudahan anak saya kelak menjadi anak yang rajin beribadah serta pintar mencari uang bukan untuk menghambur-hamburkan uang ," kata Anis.

Anis melanjutkan, setelah prosesi pengambilan pertama, sang anak kemudian sempat menyentuh buku bacaan namun dikembalikan lagi ke nampan. Sempat terjadi paksaan kepada sang anak untuk tetap mengambil buku tetapi sang anak meronta tidak mau menggenggam buku tersebut.

"Jadi apa yang ada di nampan adalah gambaran cita-cita sang anak dan melihat prosesi tadi, Bagas tidak bisa dipaksa untuk menjadi orang seperti yang diinginkan orang melainkan dia bebas menentukan pilihan hidupnya," ucapnya.

Dian mengatakan, setelah prosesi memilih barang kesukaannya, sang anak langsung diturunkan ke tanah sebagai simbol Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

"Semoga setelah Mudun Lemah ini anak saya langsung lari, gak usah belajar jalan," ujar Anis.

Setelah melaksanakan rangkaian prosesi Mudun Lemah, Bubur, Tetel, Gedang Rojo dan Gedang Susu dibagikan kepada sanak saudara serta ke para tetangga.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.