Sukses

Bukit Pentulu Pagi Hari, Bak Lukisan Pemandangan di Buku SD

Bukit batuan purba hanya tampak pucuknya, layaknya kepala para raksasa yang sembunyi di halimun. Demikian sensasi pagi di Bukit Pentulu.

Liputan6.com, Kebumen - Mentari pagi menyemburat dari sisi tenggara Bukit Pentelu, Karangsambung, Kebumen. Sinarnya masih terlalu lemah untuk menerobos kabut tebal yang menutup punggung perbukitan di kawasan cagar alam batuan purba.

Di kejauhan, tampak dua gunung kembar, Sindoro-Sumbing. Awan caping menghias puncak dua gunung itu. Pada puncak musim kemarau, konon, matahari terbit persis di tengah-tengah dua gunung itu.

Maka, bayangkan selembar lukisan keindahan alam karya anak usia sekolah dasar. Seperti itulah deskripsi matahari terbit bukit Pentelu pada akhir kemarau.

Tetapi, kami tiba di tempat ini pada puncak musim penghujan. Di pagi awal dasarian bulan Januari 2018 itu, kami tak terlampau beruntung. Hujan lebat semalaman meninggalkan jejak kabut pekat di pagi harinya.

Harapan pagi cerah pun tak terkabul. Bukit-bukit batuan purba di kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung tak tersaji penuh. 

Namun, kompensasi yang didapatkan pun tak kalah spektakuler. Kabut justru menciptakan sensasi pagi yang tak bakal ditemui di tempat lainnya.

Bukit batuan purba yang hanya tampak pucuknya, layaknya kepala para raksasa yang menutup diri dengan halimun. Hitamnya bukit terlihat kontras dengan kabut putih yang tak kunjung menguap.

"Kalau sedang bagus cuacanya, di bawah sana kelihatan aliran Sungai Luk Ulo, yang juga sungai purba bawah laut,” ucap pengelola Bukit Pentelu Indah (PI), Adman, Rabu, 24 Januari 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukit Pentulu Ramai Dikunjungi Wisatawan

Dia menerangkan, pada hari-hari biasa, Bukit Pentulu Indah dikunjungi oleh sekitar 50-100 orang per hari. Pada akhir pekan, jumlahnya melonjak menjadi antara 200-300 orang.

Bahkan di hari-hari tertentu, terutama libur panjang, bukit ini bisa dikunjungi oleh lebih dari 500 orang per hari. “Rata-rata usia remaja,” dia menambahkan.

Rata-rata, per bulan, Bukit Pentulu yang kini masih dalam tahap pembenahan dan pengembangan ini dikunjungi sekitar 2.000-3.000 wisatawan.

Tiketnya pun murah, hanya Rp 5.000 per orang. Pengelola tak membedakan harga tiket hari biasa dan hari libur.

Rencananya, area wisata Bukit Pentulu bakal diperluas hingga lima hektar. Kini, Bukit Pentulu baru termanfaatkan sekitar 1,5 hektar.

Adman bercerita, Pentulu, dalam bahasa lokal Kebumen berarti menonjol. Bukit dengan puncak setinggi 250 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, terletak di atas kawasan punggung bukit besar.

Tiga tahun lalu dan masa sebelumnya, Bukit Pentulu hanya lah kawasan Perhutani yang sepi mencekam. Tak ada aktivitas lain di luar para penyadap getah pinus.

3 dari 4 halaman

Bukit Pentulu dan Kisah Pos Suwung

Apalagi persis di kaki Bukit Pentulu, ada daerah yang disebut sebagai Pos Suwung, yang berdasar cerita masyarakat setempat adalah pos penjagaan pada masa penjajahan Belanda. Namun, tiap penjaga yang ditugaskan di pos ini selalu hilang.

Maka, muncul kepercayaan bahwa daerah ini wingit dan angker. Jin dan lelembut menculik pada penjaga itu dan menyembunyikannya di belantara bebatuan purba.

Dua tahun belakangan, bukit ini ramai dikunjungi wisatawan. Mereka ingin menyaksikan sensasi menyaksikan bukit-bukit batuan purba yang merupakan singkapan dasar samudera ratusan juta tahun lalu.

Secara umum, wilayah Karangsambung dan tiga kecamatan di sekitarnya, seperti Sadang, Karanggayam dan Aliyan didominasi oleh perbukitan batuan purba yang tercipta ratusan juta tahun lalu. Ini termasuk Bukit Pentulu yang terletak di Desa Karangsambung.

Secara umum, wilayah Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah didominasi oleh perbukitan batuan purba. Ini termasuk Bukit Pentulu yang terletak di Desa Karangsambung.

4 dari 4 halaman

Singkapan Dasar Samudera di Cagar Geologi Karangsambung

Kepala Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (UPT BIKK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Karangsambung, Edi Hidayat mengatakan LIPI mengatakan wilayah Karangsambung adalah titik lempeng samudera dan lempeng benua bertumbukan dan mengangkat dasar samudera menjadi daratan.

Kehidupan bawah laut dan proses kebumian pun menjadi artefak yang terus digali, untuk menyingkap tabir sejarah kehidupan bawah laut di masa lalu. Di tempat ini, terbentang 22 ribu hektar kawasan konservasi geologi.

Di kawasan ini, terdapat batuan hasil proses kebumian batu beku seperti basal, granit, gabro, andesit, diabas dan dasit. Selain itu, ada pula batuan sedimen yang meliputi rijang, konglomerat, batu pasir, gamping merah dan kalkarenit.

Adapun batuan metamorf terdiri dari kuarsit, serpenit, sekis mika, filit, karmer dan gnels. Batuan purba itu tercipta antara 120-60 juta tahun yang lalu. Seluruhnya tersaji di area tiga kabupaten, meliputi Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo.

“Kami mendorong agar masyarakat penambang berubah menjadi masyarakat pariwisata. Mungkin perlahan, tetapi kami optimis itu akan berhasil,” dia menerangkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.