Sukses

Kasus Putus Kuliah Kakak 9 Adik, ITB Kecolongan?

Sebagai penerima Bidikmisi, Izhak harus tinggal di asrama selama kuliah di ITB. Semestinya, kesulitan ekonomi yang dialaminya terpantau.

Liputan6.com, Bandung - Kisah Izhak, pemuda yang memilih keluar dari perkuliahan dan kakak yang menghidupi sembilan adik, menjadi perhatian kampus. Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat berkuliah Izhak menyebutkan kasus itu menjadi pelajaran berharga bagi kampus.

Izhak diketahui sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi sejak 2013. Di kampusnya, dia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Kimia.

Pada 2016 lalu, Izhak menyatakan mengundurkan diri dari ITB. Sebabnya, pemuda asal Polewali Mandar itu harus mengurusi kesembilan adiknya, terlebih di saat kedua orangtuanya telah tiada.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Bermawi Priyatna Iskandar mengatakan, perhatian terhadap Izhak tentu saja ada. Sebagai mahasiswa Bidikmisi, Izhak tidak hanya dibebaskan dari beban biaya kuliah tetapi juga mendapatkan uang saku setiap bulan.

"Bagi mahasiswa Bidikmisi di ITB, menerima uang per bulan Rp 950 ribu. Nilai itu lebih besar dari penerima Bidikmisi di kampus lain," kata Bermawi ditemui di Gedung CCAR Rektorat ITB, Selasa, 19 Desember 2017.

Sebagai mahasiswa yang dibiayai negara, Izhak wajib tinggal di asrama. Adapun biaya yang keluar untuk asrama yaitu Rp 250 ribu per bulan.

Bermawi lebih lanjut mengatakan, ketika mahasiswa Bidikmisi mulai berkuliah, semua harus berinteraksi dalam kelompok belajarnya. Dengan begitu, cepat ketahuan jika ada masalah.

"Saya sebagai pimpinan ITB turut prihatin. Jadi mestinya, kami tahu pada kesempatan pertama kondisi yang dialami Izhak ini. Mungkin karena satu dan lain hal, ada mahasiswa yang terbuka dan tidak," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kejadian Langka

Kejadian yang dialami Izhak, menurut Bermawi, sangat langka terjadi di ITB. Menurutnya, para mahasiswa lain biasanya mencari tahu dan mencarikan solusi atas permasalahan yang dialami rekannya.

"Biasanya begitu tahu dia bicara pada temannya pasti tahu. Mahasiswa Bidikmisi biasanya luar biasa pertemanannya karena wajib tinggal di asrama," katanya.

Namun begitu, Bermawi tak memungkiri bila ada mahasiswa yang kurang terbuka soal biaya hidup sendiri hingga biaya hidup orangtuanya.

"Ini masukan juga buat kami kok bisa lepas dari pantauan. Biasanya kalau ada kejadian seperti ini bisa langsung meminta bantuan ke IOM (Ikatan Orangtua Mahasiswa) ITB," ujarnya.

IOM merupakan organisasi sosial di ITB yang turut membantu permasalahan mahasiswa seperti biaya kecelakaan, dana operasi, sampai membantu masalah ekonomi mahasiswa.Tak hanya bantuan biaya hidup, IOM juga membantu biaya hidup orangtua.

Saat ini, rekan seangkatan Izhak sebagian besar sudah lulus. "Yang jelas teman-temannya di Teknik Kimia sudah banyak yang lulus, sekitar 90 persen," katanya.

Bermawi tak menampik kejadian serupa Izhak pernah terjadi sebelumnya. Ketika itu, dirinya masih menjabat sebagai dekan Teknik Kimia. Saat itu, mahasiswa dan keluarganya tersebut bahkan sampai dibantu dosen.

"Yang ketahuan biasanya melaporkan kondisinya," ucapnya. 

Dia menjamin, ITB tidak akan membiarkan kejadian seperti Izhak terulang."Kami pasti akan mencarikan dana. Di sini, paling terutama alumni paling banyak membantu," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.